MI Al-Fauzain Hidupkan 1000 Oksigen di Tengah Kabut Polusi Jakarta
Ahad, 15 November 2015 | 16:02 WIB
Tanah di halaman Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Fauzain basah oleh sisa-sisa air siraman pohon di atasnya. Endapan airnya memberikan warna tanah lebih kuat dibanding tanah kering yang tidak menerima tetesan air. Demikian suasana hampir setiap sore MI Al-Fauzain di Pondok Pinang Timur kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.Rutinitas ini dilakukan hampir setiap hari oleh guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Ustadz Imran Rosyid. Bendahara MI Al-Fauzain ini dengan telaten merawat sedikitnya tujuh tanaman yang memagari gedung MI Al-Fauzain.
<>
Pengelola MI Al-Fauzain memandang anak-anak warga di kota besar manapun termasuk anak warga di ibu kota membutuhkan pendidikan agama yang cukup. Kecuali itu, pihak pengelola prihatin melihat anak-anak kota yang kalah oleh polusi transportasi dan industri kota besar.
“Anak-anak juga perlu oksigen yang cukup untuk perkembangan fisik dan otak mereka,” kata Wakil Kepala MI Al-Fauzain Iis Supriatin.
Madrasah Ibtidaiyah Al-Fauzain yang sejak 1958 mengalami perkembangannya sendiri seiring perubahan kota Jakarta yang begitu cepat. Warga di sekitar madrasah yang semakin berkurang tahun demi tahun karena tergusur pembangunan juga memengaruhi suasana madrasah. Posisi gedung sekolah kini diapit oleh dua gedung pencakar langit yang menjulang di bagian selatan. Sementara di sisi utaranya terdapat masjid dan beberapa rumah warga yang masih bertahan.
Dengan lahan yang terbatas, pihak pengelola memanfaatkannya untuk lahan hijau. Para guru menanam antara lain pohon Melati Jepang, Belimbing, Pepaya, Jambu, Palem, Kamboja Bangkok. Sebagian diperoleh dari membeli. Sebagian lagi didapat dari bantuan relawan di luar madrasah.
Dari semua pohon itu, mereka lebih banyak menanam Mali-mali Pucuk Merah dengan nama latin Leea Rubra. Pucuk Merah ini dominan mengisi lorong sekolah dari mulai gerbang utama hingga gerbang sekolah. Daun tumbuhan perdu ini diyakini dapat menyembuhkan luka. Mereka membeli hampir semua tanaman itu.
“Perawatannya mudah. Cukup dipupuk dan disiram,” ujar Kepala MI Al-Fauzain Ustadz Hasanuddin.
Berbagai upaya dilakukan pihak madrasah untuk menciptakan lingkungan yang sejuk, segar, dan bersih. Dengan menanam dan merawat pohon di lingkungan madrasah, para guru setempat memberikan teladan nyata yang layak dicontoh para murid. Wali murid sendiri bisa “belajar” bagaimana menciptakan lingkungan yang hijau di lingkungan rumah mereka.
“Kita ingin penghijauan. Polusi di Jakarta sudah terlalu parah,” kata Iis yang setiap harinya mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Selain menanam pohon, dewan guru memberlakukan “Jum’at bersih”. Para siswa dan guru mengawali belajar di hari Jum‘at dengan melakukan bersih-bersih. Mereka memungut sampah-sampah yang berserakan di kelas, halaman, dan lingkungan madrasah. Mereka mengumpulkannya ke dalam wadah sampah.
“Bagus untuk membiasakan tertib buang sampah di tempatnya dan bersih-bersih lingkungan,” kata Iis.
Lingkungan yang bersih dan sejuk ini menempatkan para murid dalam posisi nyaman beraktivitas, belajar, bermain, dan berolahraga. Tidak heran kalau murid-murid MI Al-Fauzain ini berhasil merebut juara III sepak bola yang melibatkan antarsekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah sekelurahan Pondok Pinang pada 2014 lalu.
“Kita tidak punya lapangan besar. Sebenarnya lahan di sini tidak memadai untuk olahraga murid. Dengan lahan ala kadarnya, kita belikan mereka gawang sepak bola tiga tahun lalu,” ujar Hasanuddin.
Warga di sekitar madrasah semakin sedikit. Kehadiran gedung pecakar langit mengisoalasi termasuk ruang gerak madrasah. Sekarang sebuah gedung tengah dibangun yang rencananya untuk pemukiman bersusun, apartemen. Suara bising aktivitas proyek menggangu siang dan malam.
Di tengah kelahiran gedung-gedung itu, para guru madrasah ini terus berupaya menciptakan lingkungan bersih dan hijau untuk muridnya. Mereka tidak berhenti merawat pohon untuk asupan paru-paru anak-anak warga kota. (Alhafiz Kurniawan)