Puisi

Puisi-puisi Arif Gumantia

Sabtu, 23 Juni 2012 | 00:35 WIB

Kemarau

Aku berdiri di lereng gunung
kemarau datang mengepung
kucari jejak tetes hujan terakhir
yang menempel di kelopak hatimu
Ketika angin kering merangkum
Dan menampar gelisah di tiap 
lembah pada gurat nasib orang orang 
yang menggores pinus<>

nestapa tiada henti mengisi piring 
piring takdir mereka
dan gelas gelas kebahagiaan begitu 
kosong sementara rumah hanyalah
tempat menyimpan ilalang keteduhan 
semu sebelum terbakar sempurna dalam 
api gundah

aku berdiri di lereng gunung
jurang masa lalu begitu dalam
dan jembatan dengan ruas ruas 
ingatan masih tertahan pada tebing 
kenangan

kemarau menghujamkan anak panah
ketika rindu serupa tetes tetes 
hujan yang beku dan menggantung di 
langit sementara cinta tak pernah 
mengenal musim yang berlalu

 

Aku menitipkan mataku pada malam

Aku menitipkan mataku pada malam
Memandang keremangan hidup
Ketika perempuan-perempuan menunggang angin
Dan memakan embun
Untuk menutupi lubang nasibnya

Aku menitipkan mataku pada malam
Memandang cahaya dalam gelap
Ketika para ulama bermain benang ayat
untuk menumpuk mahkota
Dan memanggul syahwatnya

Aku menitipkan mataku pada malam
Memandang bayang batu yang menjulang
Dan Mereka berkerumun riuh rendah
Berebut peta arah ke surga

Aku menitipkan mataku pada malam
Memandang diriku melukis rindu pada kesunyian
Berharap ada angin yang membawa ke langit
Dan terapung abadi bersama bintang-bintang

 

Arif Gumantia, Penyair, Ketua Majlis Sastra Madiun, Jawa Timur


Terkait