Pustaka

Cara Mudah Memperoleh Rezeki dan Kemapanan Hidup

Senin, 23 September 2013 | 08:30 WIB

Sudah bisa ditebak bahwa mayoritas umat manusia ingin memiliki harta yang sebanyak-banyaknya. Berbagai macam cara pun dilakukan untuk memperoleh harta sebanyak mungkin. Mulai dari cara yang halal hingga pada cara-cara yang haram alias menyimpang dari garis yang ditetapkan bagi umat manusia. Yaitu mencuri, merampok, mengkorupsi, dan bahkan pada hal-hal mistik pun dilakukan seperti pesugihan yang konon katanya menjadikan seseorang kaya raya. Rezekinya akan melimpah ruah dengan pesugihan tersebut. Namun, kenyataannya orang-orang demikian bukan malah kaya dan banyak rezeki, tetapi kesengsaraan hidup yang melilit hidupnya. Bahkan ada yang stres dan gila akibat mau kaya dengan rezeki yang melimpah tanpa berusaha dengan jalan yang dibenarkan.<>

Kehadiran buku ini ingin mencoba untuk mengobati sakit gila harta tersebut. Tuntutan kesadaran bahwa cara-cara tersebut salah dan dikutuk oleh Allah Swt. harus menjadi sebuah senjata ampuh. Bagi jiwa yang kering nilai-nilai keagamaan (Islam) tentu akan sangat sulit untuk menyingkap tabir kegelapan harta. Sehingga sebuah nasehat dan peringatan serta petunjuk yang meyakinkan dan sudah terbukti kebenarannya perlu menjadi penuntun dalam tiap melangkah mencari rezeki di dunia ini agar tidak terjerumus ke jurang kesengsaraan dan kemelaratan hidup di dunia dan akhirat.

Perlu kita ketahui bahwa rezeki itu ada tiga macam yang menjadi ketetapan bagi manusia. Pertama, rezeki yang sudah dijamin. Kedua, rezeki yang dibagikan dan. Ketiga, rezeki yang dijanjikan. Sebagai hamba Allah, kita tidak boleh hanya berpangku pada rezeki yang pertama. Kita harus mengupayakan jenis rezeki yang kedua dengan kesungguhan, usaha, dan kerja keras (Hal. 65).

Dalam rangka memperoleh jenis rezeki yang kedua ini menjadi tantangan bagi kalangan penganut ajaran Islam konservatif. Kembali pada istilah zuhud, yang diartikan oleh mereka yang fanatik dengan paham keislaman konservatif adalah menjauhi dunia dan segala kemegahannya dengan banyak beribadah dan dzikir. Kiranya hal ini akan bertolak belakang. Namun berbeda dengan Imam Malik telah mengajarkan makna zuhud dengan caranya yang begitu jenius menghadapi dunia ini. Imam Malik seorang zahid yang tetap hidup dalam caranya sendiri yaitu berpakaian yang bagus-bagus.

Islam adalah agama wasathiyah (pertengahan) yang menyerukan kerja dan usaha produktif untuk kemakmuran bumi serta demi kebaikan dan kebahagiaan hidup manusia bersinarkan iman, kesucian jiwa, dan kemuliaan akhlak. Islam menghendaki setiap orang hidup damai dan bahagia di muka bumi ini dengan amal usahanya (Hal. 69).

Islam bukan agama yang akan menyulitkan pemeluknya dengan iming-iming rezeki yang dijamin oleh Allah Swt. Tetapi mengajarkan umat Islam agar bekerja dan berusaha mencari kerunia Tuhan. Sebagaimana firman-Nya: “Apabila telah ditunaikan salat, bertebaranlah di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah banyak-banyak supaya kamu beruntung” (QS. al-Bawarah:77).

Selain itu, buku ini mengingatkan kita bahwa rezeki itu akan mudah diperoleh dengan jalan bertakwa kepada Allah Swt. Selain rezeki bisa ditempuh dengan jalan takwa juga bisa ditempuh dengan memperbanyak istighfar (minta ampun menyesali dosa dan tidak mengulanignya), tawakal (pasrah setelah adanya usaha), dan berinfak. Sebagaimana firman Allah Swt.: “Maka kukatakan kepada mereka, “Mohon ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memberikan kepadamu harta dan anak-anak, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengalirkan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai” (Hal. 88).

Sungguh buku ini menginspirasi dan memotivasi bagi kita untuk terus berusaha agar mendapat rezeki dengan cara yang benar. Meski pun demikian, buku ini hanya bentuk ulasan yang sudah ada dalam al-Quran dan bukan hal asing lagi. Akan tetapi, meski hanya ulasan kembali dari al-Quran, buku ini menjadi sebuah pengingat bagi kita semua untuk mendapat rezeki dan menjadi orang yang kaya dengan jalan yang benar. Ada beberapa hal yang perlu kita hindari agar rezeki datang dan mudah didapat, yaitu rasa malas. Para pemalas sering menggunakan kedok qana’ah dan ridha untuk menutupi kemalasan. Oleh karena itu, penting untuk meluruskan makna dan hakikat kedua istilah tersebut (Hal. 125).

Secara sederhana buku ini menuturkan bahwa rezeki itu harus dicari jika ingin menjadi orang yang kaya dan berkecukupan. Memang ada rezeki yang sudah dijamin, jika kita hanya mengandalkan rezeki yang dijaminkan pada kita, maka nilai perjuangan untuk nusa dan bangsa, serta agama akan bernilai nihil jika tanpa harta yang diperoleh dengan usaha, yang kemudian disebut rezeki. Buku ini layak kita baca guna memotivasi dan memacu etos kerja kita untuk mendapatkan rezeki yang baik dan halal, dan mencegah diri kita dari meminta-minta. Itulah ajaran al-Quran bagi umat manusia.

Judul: Ayat-Ayat Rezeki Panduan al-Quran Agar Murah Rezeki dan Hidup Berkecukupan
Penulis: Dr. Abad Badruzaman
Penerbit: Zaman
Cetakan: I, Juni 2013
Tebal: 265 Halaman
ISBN: 978-602-17919-4-3
Peresensi: Junaidi Khab*


Terkait