Pustaka

Empat Spirit Literasi Baca-Tulis dalam Al-Qur’an

Senin, 14 Januari 2019 | 09:30 WIB

Banjirnya perkembaangan teknologi yang ditandai dengan derasnya arus internet dan HP cerdas menambah parah keperihatinan soal literasi Al-Qur'an. Bagaimana kebudayaan umat Islam akan gemilang dan terpandang jika krisis literasi dalam memahami Al-Qur'an terus terjadi?

Maka dari itu penulis tertarik untuk mengulas spirit al-Qur’an tentang pentingnya literasi baca-tulis yang terdapat dalam buku Al-Qur'an dan Literasi: Rancang-Bangun Ilmu-ilmu Keislaman karya Ali Romdhoni sebagai berikut:

Pertama, perintah membaca dan menulis. Firman Allah SWT. yang tertuang dalam surah al-Alaq ayat 1-5 berikut:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Ayat diatas menginginkan revolusi besar-besaran dari suatu masyarakat yang jauh dari tradisi baca tulis dan dari suatu bangsa yang sangat rendah menjadi bangsa yang paling mulia. Karena jika tidak ada tulisan tentu pengetahuan tidak akan terekam, agama akan sirna dan bangsa belakangan tidak akan pernah mengenal sejarah peradaban umat sebelumnya.

Kedua, filosofi iqra’ (perintah membaca). Perintah membaca sebagai wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW mengindikasikan begitu pentingnya prihal membaca sehingga Nabi Muhammad SAW diharuskan membaca yang berarti menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui dan lain sebagainya. Hal ini,  tidak lain kecuali bahwa salah stu tugas manusia dalam kehidupan adalah membaca hingga menjadi sebuah kebiasaan dan kebutuhan.

Ketiga, perintah mencari ilmu pengetahuan dan inspirasi tradisi manajemen. Perintah mencari ilmu pengetahuan selain dari surah al-Alaqdiatas dapat ditemukan dalam subtansiyat 31 al-Baqarah, ayat 179 al-A’raf, ayat 9 al-Nisa’, ayat 2 al-Jumu’ah, ayat 11 al-Mujadalah, ayat 43 al-Nahl, dan ayat ke 9 al-Zumar. 

Substansi dari kesemua ayat ini memerintahkan umat manusia untuk menuntut ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan merupakan syarat utama diraihnya perihal mengetahui dirinya, apa yang mesti dilakukan dan kemana mesti melangkah. 

Ilmu pengetahuan dan tulis-menulis merupakan suatu hal yang tak dapat dipisahkan sehingga perintah untuk mencari ilmu pengetahuan juga menjadi perintah untuk mengembangkan budaya tulis-menulis. Karena tulisan menjadi sarana bagi ilmu pengetahuan untuk selalu dikembangkan dari generasi ke generasi berikutnya. 

Sementara ayat yang berbicara terkait tradisi manajemen dapat disingkap dalam ayat ke 282 QS. Al-Baqarah dan ayat ke 33 QS. Al-Nur, yang mana hal ini mengarah kepada fungsionalitas tulisan sebagai bukti otentik yang efektif dalam perdagangan demi melindungi hak-hak secara benar. 

Keempat, penyebutan seperangkat peralatan kegiatan baca-tulis. Di samping terdapat perintah membaca dan menulis serta perintah mencari ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an juga menyebut seperangkat peralatan kegiatan baca-tulis, seperti, kata midad (tinta), qalam (pena), qirthas (kertas), lauh (batu tulis), raqq (lembaran), dan shuhuf (helai kertas).

Puncaknya, menandakan bahwa al-Qur’an hanya ingin menekankan terhadap budaya baca tulis agar betul-betul terbumikan dalam masyarakat sehingga peradaban menjadi maju dan gemilang sebagaimana Allah mengubah peradaban jahiliah menuju peradaban ilmiah. Wallahua’lam. (Moh. Hafid)

Identitas buku:
Judul: Al-Qur’an dan Literasi: Rancang-Bangun Ilmu-ilmu Keislaman
Penulis: Ali Romdhoni, MA
Penerbit: Linus (Literatur Nusantara)
Cetakan: Desember 2013
ISBN: 978-602-18064-1-8


Terkait