Peradaban yang berupaya dibangun umat Islam merupakan salah satu langkah mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin). Hal ini berangkat dari pemahaman bahwa Islam bukan hanya menyangkut diniyyan (agama), tetapi juga tsaqafiyyan (kebudayaan), hadhariyyan (kemajuan), dan tamaddun (peradaban).
Peradaban Islam tidak hanya berlangsung di jazirah Arab, Persia, dan Turki, tapi Nusantara juga salah satu kawasan berkembangnya Islam di tengah kemajemukan tradisi dan budaya sehingga banyak mewujudkan peradaban, baik peradaban laku, pemikiran, ide, gagasan, dan bangunan-bangunan khas berupa artefak, kitab, manuskrip, dan benda-benda arkeologi.
Basis dakwah Islam dengan fondasi tradisi dan budaya terus didengungkan oleh salah seorang ulama muda Nahdlatul Ulama, KH Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq. Dalam setiap kesempatan ceramahnya, kiai berambut gondrong asal Yogyakarta ini terus berupaya membangun kesadaran beragama lewat khazanah kebudayaan yang dimiliki orang-orang Nusantara.
Buku berjudul Islam Rahmatan lil ‘Alamin yang dikarang Gus Muwafiq ini, merupakan salah satu khazanah tulis yang berupaya memberikan pemahaman keindonesiaan dalam menjalankan prinsip-prinsip agama. Dalam buku setebal 223 halaman, Gus Muwafiq banyak mengulas dan mengungkap wawasan kekinian tentang dunia Islam dan kaitannya dengan perkembangan Islam di Indonesia.
Substansi Islam Rahmtan lil ‘Alamin juga disampaikan saat ceramah Maulid Nabi Muhammad di istana negara Bogor, Jawa Barat. Ia menegaskan, Nabi Muhammad adalah Nabi akhir zaman, yang jangkauannya bukan lagi jangkauan negara, bahkan jangkauan satu bangsa, tetapi jangkauan Nabi Muhammad untuk menjadi rahmatan lil ‘alamin. Ini perbedaaan Nabi Muhammad dengan Nabi-Nabi lainnya.
Nabi Muhammad menjadi Nabi ketika manusia sudah menjadi bangsa-bangsa, menjadi suku-suku dan itu harus dijangkau semuanya oleh Nabi. Maka dari situlah Nabi Muhammad dilahirkan di Kota Makkah. Kenapa Nabi tiak lahir di Bogor, tidak lahir di China, tetapi lahir di Makkah? Karena Makkah adalah guidance, Makkah adalah tempat dimana manusia pertama kali mengenal Allah SWT.
Karena di Makkah ada monumen paling tua di muka bumi. Yang Allah sebut, inna awala baiti wudzia ‘alinasi ilalladzi bibakata mubarakah wa huda lil ‘alamin. Di situ dibangun bangunan tua, bahkan ada yang mengkaji itu sesungguhnya itu adalah petilasan pertama ketika Nabi Adam turun ke muka bumi. Memberikan tanda di situ agar manusia mempunyai guidance kalau harus kembali kepada Allah.
Dan di Makkah pula terjadinya pertukaran antara laki-laki dan perempuan dalam wilayah yang paling tersembunyi antara Nabi Adam dan Siti Hawa. Pertemuan tersebut diabadikan oleh Allah SWT dalam sebuah tugu bernama Jabal Rahmah.
Dan dari situ kemudian manusia beranak pinak, manusia menjadi bangsa, suku yang tidak hanya ada di Arab. Semua ini akan dijangkau dalam konsep Rahmatan lil ‘Alamin. Manusia ketika berpindah-pindah guidance itu hilang, maka Allah mengutus seorang Nabi untuk menjadi guidance itu. Diutuslah Nabi Ibrahim as untuk menemukan monumen itu, Nabi Ibrahim ditemani putranya bernama Ismail dan ditemani istrinya bernama Hajar menemukan kembali situs di mana manusia harus kembali kepada Allah.
Situs itu dibangun ulang oleh Nabi Ibrahim dan berdoa, rabbana askantu mindzurriyati biwatin ghoiri izar indal baitikal muharam, rabbana liyuqimush sholata wa jaalna waidatan minannari tahwi ilaihim warzuqhum minatstsamarati la’allahum yasykurun. Maka karena Nabi Ibrahim menemukan guidance itu, Nabi Ibrahim menjadi orang yang paling terkenal di muka bumi dengan nama yang berbeda-beda, ada yang menyebut Ibrahim, ada yang menyebut Abraham, bahkan ada yang menyebut sebagai Brahma.
Walaupun ini butuh penelitian yang luar biasa sangat mendalam. Kenapa? Karena Nabi Ibrahim memiliki simbol yang kemudian diduplikasi oleh seluruh manusia di muka bumi. Di India ada simbol mirip seperti simbol yang ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim. Korelasi ini akan mengurai benang kusut antara manusia di muka bumi dengan lahirnya Rasulullah Muhammad SAW. Umat Islam mengenal Ka’bah, sebuah batu dengan tengah yang tidak ada isinya apa-apa, kosong. Di India ada bangunan yang sama batu yang tidak ada isinya di tengah, namanya stupa.
Dari sini kita bisa memahami bahwa prinsip pemahaman Islam yang ingin dibangun Gus Muwafiq ialah spirit Rahmatan lil ‘Alamin. Prinsip ini tidak hanya menjangkau kalangan Muslim, tetapi juga membangun pemahaman bahwa setiap peradaban yang dibangun manusia saling terkait sehingga masyarakat tidak harus bersikap antipati terhadap perbedaan. Bahkan prinsip rahmatan lil ‘alamin bisa berangkat dari kondisi asli suatu bangsa.
Peresensi adalah Fathoni Ahmad, Redaktur NU Online
Identitas buku