Pustaka

Hidup Sehat dengan Bershalawat

Senin, 8 Juni 2009 | 04:01 WIB

Judul Buku : Rahasia Sehat Berkah Shalawat: Terapi Ampuh Mencegah dan Menyembuhkan Penyakit
Penulis : M. Syukron Maksum & A. Fathoni el-Kaysi
Penerbit : Best Publisher, Yogyakarta
Cetakan : Pertama, 2009
Tebal : 192 halaman
Peresensi : Supriyadi *


Era modernisasi ditandai dengan perkembangan dan kemajuan kelimuan pada banyak bidang. Istilah “ilmiah” begitu tak asing di telinga setiap orang yang mendalami ilmu pengetahuan. Metode-metode modernis telah diperkenalkan oleh para ilmuwan, yakni dengan bantuan teknologi. Masyarakat pun terhindar dari tradisionalitas yang terkesan sudah “ketinggalanan zaman.”<>

Begitu juga di bidang kedokteran dan kesehatan, umat manusia telah beralih menuju cara-cara modernis karena majunya pemikiran manusia akan modernisasi. Dukun, tabib, dan tradisionalisme lainnya yang digunakan sebagai cara sehat pun ditinggalkan oleh manusia yang berpikiran modernis-rasionalis. Rumah sakit dan puskesmas kini dibangun di mana-mana. Praktek dokter pun juga semakin banyak sebagai pelayanan kesehatan masyarakat. Meski demikian, masih banyak orang yang awam terhadap modernisai, terutama pada bidang kesehatan. Mereka yang awam itu masih menganggap dukun sebagai orang yang mampu mengobati. Mitos-mitos pun masih berkembang pada pemikiran mereka yang awam itu.

M. Syukron Maksum dan A. Fathoni el-Kaysi dalam bukunya ”Rahasia Sehat Berkah Shalawat; Terapi Ampuh Mencegah dan Menyembuhkan Penyakit” menguraikan keterangan-keterangan beserta argumentasinya metode kesehatan dengan shalawat. Shalawat adalah bentuk pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam buku tersebut menyatakan bahwa shalawat mampu mencegah dan menyembuhkan penyakit. Dengan beberapa bukti empiris, shalawat memang mempunyai energi untuk terapi ampuh kesehatan.

Belum hilang dari ingatan publik tentang fenomena yang luar biasa menggemparkan, yakni munculnya dukun cilik dari Jombang, Ponari. Ponari dengan batu ajaibnya, mampu menyembuhkan berbagai penyakit dengan hanya mencelupkan batu tersebut ke dalam air minum yang kemudian diminumkan kepada orang yang sakit. Banyak masyarakat yang tertarik dan berbondong-bondong meminta air celupan batu tersebut. Antrean panjang pun terjadi karena ingin minta kesembuhan dari air celupan batu Ponari itu.

Fenomena seperti itu semestinya menjadi pelajaran bagi layanan kesehatan masyarakat seperti rumah sakit dan puskesmas. Mengapa masyarakat lebih memilih Ponari (mistis) dari pada layanan kesehatan modern (medis). Hal itu merupakan indikator bahwa Ponari (mistis) lebih mendapat tempat di hati masyarakat dari pada layanan kesehatan modern seperti rumah sakit, puskesmas, dan praktek dokter.

Secara sosial, ternyata masih banyak masyarakat yang mempercayai hal-hal mistis-supranatural, padahal modernisasi dan rasionalitas ilmu pengetahuan telah masuk dan mendasari banyak pemikiran umat manusia. Dengan munculnya fenomena Ponari tersebut, menjadi bukti kuat bahwa masih banyak masyarakat dengan “keterbelakangan pemikiran.” Hal itu dikarenakan pendidikan dan internalisasi ilmu pengetahuan pada masyarakat tersebut kurang berperan karena pemikiran masyarakat tersebut masih terkungkunga pada mitos.

Dari fenomena Ponari tersebut setidaknya menjadi kritik bagi layanan kesehatan di Indonesia. Beberapa hal yang menjadi obyek kritikan dari gejala sosial Ponari tersebut adalah kurang terpenuhinya kepuasan masyarakat dari layanan kesehatan. Hal itu dikarenakan tingginya biaya kesehatan sementara daya beli sebagian masyarakat rendah. Tak mengherankan jika akhirnya masyarakat berduyun-duyun mendatangi Ponari. Hal itu ditambahkan dengan banyaknya malpraktek oleh beberapa dokter yang telah menelan banyak korban. Akhirnya, masyarakat takut akan malpraktek tersebut dan beralih ke Ponari yang terbukti murah dan mereka anggap aman karena tidak mungkin terjadi malpraktek pada pengobatan ala Ponari.

Dari segi agama (Islam), hal itu telah memasuki area syirik karena masyarakat seolah-olah mendewakan Ponari dengan batunya sehingga menyebabkan kepercayaan yang berlebihan. Fenomena Ponari tersebut telah melunturkan keimanan masyarakat sehingga iman tidak lagi menjadi pondasi kehidupan. Demikian pula pengaruhnya dalam pemikiran masyarakat yang telah terbius oleh mitos akan mistis-supranatural.

Di tengah-tengah kehidupan modern dan segalanya memanfaatkan teknologi  yang tentunya memakan biaya yang mahal, Ponari dan batunya pastinya menjadi jalan keluar yang solutif bagi masyarakat, terutama masyarakat kelas menengah ke bawah. Akan tetapi, telah disinggung di atas bahwa dilihat dari segi agama, hal itu mendatangkan kesyirikan.

Sebenarnya ada terobosan lain yang menawarkan terapi kesehatan, yakni shalawat. Shalawat telah teruji secara ilmiah dan lepas dari mistis-supranatural. Shalawat ternyata memiliki efek yang baik terhadap kesehatan dan dapat menjadi terapi bagi penyembuhan penyakit. Hal ini disebabkan pengaruh shalawat yang sangat besar terhadap unsur psikologis seseorang. Shalawat yang dilakukan dengan penuh keikhlasan, khusyuk, tepat, dan kontinyu diyakini dapat menumbuhkan persepsi dan motivasi positif dan mengefektifkan coping, yaitu suatu mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima (stres). Apabila coping mechanism ini berhasil, seseorang dapat beradaptasi terhadap perubahan tersebut atau merasakan beban berat menjadi ringan (hal. 76).

Secara kausatif dan berpikir logis, karena shalawat mampu menunbuhkan persepsi dan motivasi positif bagi seseorang, maka tentu saja hal tersebut mempengaruhi respons imun sehingga kekebalan dan ketahanan tubuh seseorang terhadap penyakit akan meningkat. Jadi, dengan mengamalkan shalawat secara ikhlas, khusyuk, tepat, dan kontinyu tubuh seseorang akan lebih tahan terhadap penyakit. Bahkan bisa menyembuhkan penyakit.

Dengan membaca yang berjudul Rahasia Sehat Berkah Shalawat; Terapi Ampuh Mencegah dan Menyembuhkan Penyakit, para pembaca diajak lebih jauh mendalami rahasia dan manfaat shalawat bagi kesehatan sehingga menjadi terapi ampuh untuk mencegah dan menyembuhkan berbagai macam penyakit. Selain telah terbukti secara ilmiah, shalawat juga tidak membutuhkan biaya mahal. Bahkan tidak mengandung syirik sebagaimana Ponari dengan batu ajaibnya. Shalawat menjadi cara mudah hidup sehat di tengah kondisi ekonomi yang serba sulit.

* Peresensi adalah Staf Pembimbing dan Santri Senior Pada PP. Krapyak Yasalma Yogyakarta


Terkait