Kitab Ka’sus Syarab Al-Widadi: Biografi Singkat KH Hasyim Muzadi
Kamis, 7 Maret 2024 | 10:00 WIB
Cover kitab Ka’sus Syarab Al-Widadi tentang biografi singkat KH Hasyim Muzadi (Ahmad Muntaha AM - NU Online).
Ada dua Hasyim di Nahdlatul Ulama. Pertama pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari. Sedangkan yang kedua, KH Hasyim Muzadi, Ketua Umum PBNU periode 2000-2010. Keduanya telah tercatat dalam sejarah sebagai tokoh yang berkontribusi besar dalam memajukan NU hingga menjadi ormas terbesar Islam di Indonesia bahkan di dunia. Jasa kedua tokoh tersebut terhadap Islam, bangsa dan negara Indonesia, sangat besar.
Nama pertama, KH Hasyim Asy’ari sudah terkenal seantero nusantara hingga dunia. Mulai dari karangan, kisah, petuah, hingga biografinya, telah banyak berserakan dan dikenal publik. Namun, sepertinya hal tersebut masih sedikit terjadi pada nama yang kedua, KH Hasyim Muzadi.
Wafatnya KH Hasyim Muzadi atau biasa dipanggil Abah Hasyim oleh para santri dan muhibbinnya memang belum masuk sewindu, tepatnya 16 Maret 2017 lalu. Namun, kerinduan dan kecintaan besar para santrinya tidak pernah lepas dari sosok yang disebut Rais Aam sekarang, KH. Miftachul Akhyar, sebagai orator ulung nomor dua setelah Presiden Soekarno. (Ceramah KH. Miftahul Akhyar pada Haul ke-5 KH. Hasyim Muzadi tahun 2022).
Hal tersebut yang telah jauh hari menginspirasi santrinya, Ali Fitriana Rahmat menulis sebuah tarjamah atau biografi singkat berjudul Ka’sus Syarab Al-Widadi li Man Aradal Ittila’ Lamahat Sirah Syekh Ahmad Hasyim Muzadi. Judul kitab berbahasa Arab ini jika diterjemahkan berarti gelas minuman penuh cinta bagi orang yang ingin mengetahui lembaran riwayat hidup Syekh Ahmad Hasyim Muzadi.
Baca Juga
Obituari: Bahasa Kiai Hasyim Muzadi
Ka’sus Syarab Al-Widad
Kitab setebal 99 halaman ini merupakan syarah atau penjelasan Penulis terhadap lima bait syair yang dikarangnya sendiri. Bait tersebut sebagaimana di bawah ini.
يَا رَبِّ ارْحَمْ شَيْخَنَا أَحْمَد هَاشِم مُزَادِي# رَحْمَتَكَ لِلْعَالَمِيْنَ دَائِمَ اْلأَبَدِ
Limpahkanlah rahmat bagi Abah Hasyim Muzadi
Seperti rahmat-Mu meliputi alam ini
هُوَ الَّذِيْ جَدَّدَ النِّيَّةَ فِي النَّهْضَةِ # أَشْعَرِيًّا أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ
Niat tulus ber-NU selalu diperbaiki
Lestarikan Manhaj Sunni Asy’ari Syafi’i
وَأَصْلَحَ بَيْنَ فِئَتَيْنِ فِي الَّذِي # يَحْمِيْ إِنْدُوْنِيسِيَا مِنْ مَكْرُوْهٍ ذِيْ لُذَعِ
Menyemai damai pada dua pihak bertikai
Merekatkan Indonesia dari cerai berai
أَسَّسَ مَعْهَدَيْنِ خِدْمَةً لِلْاُمّةِ # بِالْحِكَمِ زَوَّدَنَا لِسَيْرِ الْحَيَاةِ
Mewariskan pesantren pada umat mengabdi
Hikam-hikamnya jadi bekal hidup ini
وَانْفَعْنَا عِلْمًا وَعَمَلًا مِنْهُ يَا كَافِي # بِأَسْمَائِكَ الْحُسْنَى يَا مَنْ بِالْوَعْدِ مُوْفِي
Allah jadikan ilmu amalnya manfaati
Bagi kami semua, amin Ilahi Rabbi
Ali Fitriana menulis lima bait tersebut dan merampungkannya di samping pusara KH Hasyim Muzadi enam tahun lalu. Tepatnya, malam Ahad 1438 H di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Depok.Sementara syarahnya selesai pada 27 Rajab 1443 H di tempat yang sama. (Ali Fitriana Rahmat, Ka’sus Syarab Al-Widadi, [Depok, Al-Hikam Press: 2022], halaman 7-9).
Dalam mukadimahnya, kata widad dipilih sebagai judul terambil dari Al-Qur’an sendiri tatkala Allah memanamkan rasa cinta dalam hati orang beriman dan saleh.
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمٰنُ وُدًّا
Artinya, “Sesungguhnya bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, (Allah) Yang Maha Pengasih akan menanamkan rasa cinta (dalam hati) mereka.” (QS Maryam: 96).
Para pembaca kitab diharapkan seolah disuguhkan gelas minuman (ka’sus syarab) penyegar dan penghilang dahaga, serta kehausan rindu penuh cinta terhadap KH Hasyim Muzadi.
عَسَى أَنْ تَكُوْنَ هَذِهِ الرِّسَالَةُ تُرْوِي الْغَلِيْلَ الظَّمْآنَ الَّذِيْ أُشْرِبَ فِي قَلْبِهِ الْحُبُّ وَاْلوِدَادُ لِلشَّيْخِ أَحْمَدَ هَاشِم مُزَادِي
Artinya, “Semoga kitab ini dapat memuaskan dahaga yang telah meresap rasa cinta dan kasih sayang di hatinya kepada Syekh Ahmed Hasyim Muzadi.”
Sajak-sajak tersebut dipilih melihat kerinduan Penulis dengan sosok gurunya, KH Hasyim Muzadi yang selalu mengulang 3 bait kasidah Burdah karya Al-Bushiri. Bait itu selalu didawamkan oleh beliau tiap selesai mengisi kajian kitab favoritnya, Al-Hikam Ibnu Athaillah. (halaman 5-6).
Isi Kitab Ka’sus Syarab Al-Widad
Dari lima bait tersebut dipecah dan disyarah menjadi 10 maqsad (maksud). Maqsad pertama hingga ketiga secara berurutan berisi kepribadian KH Hasyim. Mulai dari tahun dan tempat kelahiran, ayah-ibu, keluarganya, rihlah ilmiahnya, serta deretan guru-gurunya baik lokal, nasional hingga internasional.
Sedangkan maqsad keempat hingga ketujuh menceritakan sepak terjang KH Hasyim. Melalui semboyan khasnya, Islam Rahmatan lil ‘Alamin yang terus gigih disuarakan baik di kubu internal Sunni Asy’ari NU, kebangsaan dan kenegaraan, hingga konteks global.
Begitu juga terekam pengabdian kepada umat Islam, di mana beliau merintis dua pesantren, Pesantren Al-Hikam I di kota Malang dan Pesantren Al-Hikam II di kota Depok yang menjadi tempat peristirahatan terakhirnya.
Maqsad kedelapan menuturkan rangkaian amalan dan wiridan yang biasa didawamkan oleh beliau semasa hidupnya. Seperti membaca Ya Kafi 100 kali tiap sehabis shalat fardu dengan niat agar pesantren dan kedua orang tua diberikan kecukupan rezeki. KH Hasyim juga mewasiatkan para santrinya untuk membaca Asmaul Husna tiap habis mengaji, istighatsah, dan dzikiran. (halaman 64).
Sementara maqsad kesembilan menjadikan keteladanan KH Hasyim sebagai topik bahasan. Di antaranya adalah ketawadhuan beliau yang hampir tidak pernah berbuat sesuatu kecuali atas intruksi dan hasil istikharah para guru dan kedua orang tuanya.
Dalam hal pergaulan, KH Hasyim bercengkrama tanpa pandang bulu. Tidak pernah membedakan satu sama lain. Meskipun berbeda pendapat, organisasi, mazhab hingga agamanya, semua akan dilayani dan diterima dengan baik. Bahkan, beliau sendiri punya hubungan erat dengan para pendeta dan pemuka agama sama seperti mendiang Gus Dur.
Sebagaimana disebutkan di awal, beliau merupakan orator ulung. KH Hasyim senang membuat orang lain bahagia melalui kalam, cerita, dan senda guraunya.Tidak mengherankan jika kita melihat banyak orang tersenyum dan tertawa tanpa tersindir di tengah penyampaiannya.
وَكَانَ شَيْخُنَا يُحِبُّ أَنْ يَسُرَّ قُلُوبَ النَّاسِ بِكَلَامِهِ وَحِكَايَتِهِ وَمِزَاحِهِ فَلَا عَجَبَ أَنْ تَرَى النَّاسَ يَبْتَسِمُوْنَ وَيَضْحَكُوْنَ دُوْنَ اسْتِثْنَاءٍ أَثْنَاءَ كَلَامِهِ الْبَلِيْغِ
Artinya, “Syekh (Hasyim) senang menyenangkan hati orang-orang dengan kata-kata, cerita, dan leluconnya, sehingga tidak mengherankan jika kamu melihat orang-orang tersenyum dan tertawa tanpa kecuali selama pidatonya yang fasih.” (halaman 69).
Di akhir kitab, penulis menambahkan lampiran yang menjadi maqsad kesebelas di luar syarah lima bait sebelumnya. Lampiran tersebut berisikan pujian dalam bentuk bait dengan bahr thawil yang ditulis oleh KH Afifuddin Muhajir, Wakil Rais Aam Nahdlatul Ulama. Oleh Penulis kitab, bait-bait tersebut juga diberi ta’liq (komentar).
Identitas Kitab
Judul: Ka’s As-Syarab Al-Widadi li Man Arada Al-Itla’ Lamahat Sirah Syaikh Ahmad Hasyim Muzadi
Penulis: Ali Fitriana Rahmat
Tahun Terbit: 2022
Penerbit: Al-Hikam Press
Halaman: 99
Muhammad Izharuddin, Mahasantri STKQ Al-Hikam Depok