Menelusuri Peradaban NU di Pegunungan Menoreh dan Pesisir Pantai Selatan Kulon Progo
Sabtu, 15 April 2023 | 04:00 WIB
Peradaban NU di Pegunungan Menoreh dan Pesisir Pantai Selatan Kulon Progo . (Foto: NU Online/Faizin)
Buku sejarah dan perkembangan Nahdlatul Ulama Kulon Progo ini disusun untuk melihat lebih dalam tentang berbagai proses historis, pendirian, peran tokoh, perkembangan dan dinamika sosial-agama serta politik NU di Kulon Progo pada periode 1949-2018. Dengan pendekatan dan metodologi sejarah serta dukungan ketersediaan ribuan lembar arsip milik tokoh NU maupun Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) di Kulon Progo, maka tersusunlah konstruksi sejarah dan realitas NU di masa lalu itu.
Ketua PWNU DIY masa khidmat 2016-2021, Prof H Nizar Ali dalam pengantar buku ini menyampaikan, buku seperti ini sangat penting, mengingat sekarang ini banyak orang dari berbagai kalangan yang ingin tahu lebih detail dan mendalam tentang NU. Bahkan tidak sedikit pula masyarakat dari berbagai disiplin ilmu dan profesi yang mulai tertarik untuk bergabung menjadi organisasi sosial keagamaan yang memiliki prinsip kemasyarakatan tawasuth (moderat), tasamuh (toleran), tawazun (seimbang), dan i'tidal (adil) ini. Oleh karenanya, hadirnya buku yang menjelaskan tentang sejarah serta dinamika perjuangan NU dari masa ke masa seperti yang diikhtiarkan oleh PCNU Kabupaten Kulon Progo ini sangat besar kegunaannya. (Halaman vii).
Bagi Ketua PCNU Kulon Progo, H M. Wasiludin, NU Kulon Progo selalu mengalami perkembangan dan pembaruan dalam berorganisasi. Hal tersebut tidak terlepas dari pergerakan dan perjuangan para pendahulu yang menduduki jabatan kepengurusan baik di tingkat Cabang, Majelis Wakil Cabang, Ranting maupun Badan Otonom (Banom) di Bawangan naungan PCNU Kulon Progo. Untuk itu disusunlah buku sejarah Nahdlatul Ulama Kulon Progo sebagai bahan pembelajaran untuk mengingat kembali perjuangan para pendahulu. Kami yakin buku ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi pengurus-pengurus yang akan datang, sebagai pedoman dan penghormatan yang menggambarkan bagaimana perjuangan dan pergerakan dari masa ke masa para pendahulu kita dilakukan. (Halaman xi).
Baca Juga
PCNU Terbitkan Buku Khutbah Bahasa Jawa
Ahmad Athoillah, penulis buku ini sekaligus pendiri Komunitas Penggiat Sejarah Kulon Progo (KPSKP), menyampaikan, tujuan umum dari penulisan sejarah NU Kulon Progo ini adalah memberikan bentuk pengetahuan baru bagi identitas kolektif serta bagi kelompok sosial keagamaan Islam di Kulon Progo yaitu masyarakat Islam (jam’iyyah) NU. Selain itu karya ilmiah ini juga dapat digunakan untuk pijakan dasar strategi dan kebijakan penting ‘sebagai proyeksi’ bagi gerakan para elit dan masyarakat NU dalam membangun kemajuan NU di Kulon Progo. Penelitian ini memberikan sebuah gambaran (image) penting bahwa NU tidak hanya diidentikkan dengan kelompok Islam tradisionalis yang dilengkapi dengan atribut pedesaan (rural), pedalaman (hinterland), terbelakang dan lainnya dalam wacana Islam di Indonesia. (Halaman 5).
Beberapa hal yang penting, seperti warisan sosial keagamaan “Kadipaten dan Kesultanan” kekuatan jaringan, genealogis keulamaan, dan hubungan Kiai-Santri di pesisir selatan (Galur, Panjatan, Wates dan Temon) serta peran elit sosial-keagamaan – seperti pegawai keagamaan telah menjadikan NU sebagai kelompok sosial keagamaan (jam’iyyah) maupun NU sebagai kelompok sosial politik (partai) berciri khaskan Ahlussunnah wal jamaah an nahdliyyah sampai lahirnya tatanan orde baru.
Penelitian yang tersaji dalam buku ini juga menunjukkan bahwa NU Kulon Progo tidak selalu lahir dari kalangan tradisionalis - agraris seperti umumnya di kawasan Jawa Tengah selatan pada paruh pertama abad ke-20 - namun juga muncul dari kalangan moderat, pedagang, keturunan para penghulu, para santri yang menjadi pegawai di Kementerian Agama, dan lainnya yang tidak didominasi oleh kalangan masyarakat agraris umumnya.
Sajian penting lainnya yang ditampilkan dalam buku ini adalah dinamika NU di Kulon Progo yang secara perlahan berkembang dinamis, terutama baik masa transisi masa reformasi, maupun setelahnya. Beberapa Badan Otonom (Banom), Lajnah dan Lembaga yang dimiliki NU Kulon Progo kemudian menjadi mesin-mesin pengemban ikatan, penghubung, jaringan ajaran dan gerakan Ahlussunnah wal jamaah an nahdliyyah di seantero pegunungan Menoreh dan pesisir pantai selatan Kulon Progo. NU kemudian lahir di Kulon Progo dengan warna identitas sosial keagamaan yang khas, unik, dan memiliki bentuk serta warnanya tersendiri dalam mengisi keberagaman sosial keagamaan di Kulon Progo.
Buku yang ditulis oleh alumnus doktoral Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, Yogyakarta ini terdiri dari delapan (8) Bab utama, yakni;
Baca Juga
Gus Dur Tak Jadi Beli Buku
Bab 1 Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, pendekatan sejarah, metodologi dan sistematika penulisan, halaman 1-10.
Bab 2 menguraikan tentang warisan sosial keagamaan kesultanan dan kadipaten. Berisi ihwal situs-situs Mataram Islam seperti; masjid, makam dan pesantren, berdirinya pusat-pusat pengajaran Islam pada awal abad 19, kehidupan sosial keagamaan pasca perang Jawa, halaman 11-28.
Bab 3 menjabarkan tentang ulama dan pesantren di Kulon Progo pada masa kolonial. Pada bab ini berisi antara lain; modernitas masyarakat sosial keagamaan di Adikarto dan Kulon Progo, kiai, tarekat, dan pesantren, para penghulu di Kulon Progo dan Adi Karto, halaman 29-54.
Bab 4 berisikan tentang lahirnya Nahdlatul Ulama di Kulon Progo, yang teruraikan dalam beberapa keterangan, antara lain; pembentukan NU di Yogyakarta, KH. Suyuthi dan KH. Chasan Tholabi perintis organisasi NU di Kulon Progo, interaksi, koneksitas keluarga dan kelompok alumnus Pesantren, lahirnya NU di Kabupaten Adi Karto dan Kulon Progo, dan NU Cabang Kulon Progo; penggabungan NU Adi Karto dan Kulon Progo, halaman 55-89.
Bab 5 menjelaskan pengurus Nahdlatul Ulama dan Partai Nahdlatul Ulama Cabang Kulon Progo, yang terdiri dari; kaderisasi, MWC, dan Ranting NU, Pendidikan NU, pandu Ansor, dan partai NU Kulon Progo, halaman 91-127.
Bab 6 menguraikan perkembangan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kulon Progo, yang terdiri dari pengembangan peran pendidikan Ma’arif NU di Kulon Progo, pembangunan unsur ke-NU-an di Kulon Progo, struktur organisasi Nahdlatul Ulama, pendirian kantor NU Kulon Progo, dan peran tokoh dan organisasi NU di Kabupaten Kulon Progo, bagian-bagian kerja Nahdlatul Ulama, halaman 129-197.
Bab 7 menjabarkan Nahdlatul Ulama Kulon Progo Pasca Reformasi, yang terdiri dari Tanfidziyah dan Syuriah NU Kulon Progo, Badan Otonom, Lajnah dan Lembaga, pembangunan sarana untuk warga NU, Rumah Sakit Nahdlatul Ulama Kulon Progo, dan berbagai hal tentang NU Cabang Kulon Progo, halaman 199-266. Dan terakhir, Bab 8 adalah penutup, halaman 267-273.
"Jangan sekali-kali melupakan sejarah dan jangan melupakan jasa-jasa para Ulama," begitulah pesan moral para cendekia dan kiai. Buku ini bisa menjadi role model / percontohan seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi generasi keluarga besar jamiyyah perkumpulan Nahdlatul Ulama di seantero Nusantara, baik level Pengurus Wilayah (PW), Pengurus Cabang (PC), bahkan hingga Majelis Wakil Cabang (MWC), Pengurus Ranting (PR), bahkan Pengurus Anak Ranting (PAR), maupun yang ada di luar negeri,
Buku ini bisa juga menjadi literatur yang berguna bagi pegiat sosial, santri, sejarawan, akademisi lintas disiplin ilmu, peneliti, aktivis, pemerhati ormas keagamaan, para sosiolog, dan lain-lain. Selamat membaca.
Peresensi: Akhmad Syarief Kurniawan, Pengurus LTNNU Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung.
Identitas buku:
Judul : Sejarah dan Perkembangan Nahdlatul Ulama di Kulon Progo
Penulis : Ahmad Athoillah
Penerbit : Pustaka Pesantren Bantul, Jogjakarta
Tahun Terbit: 2020
Tebal : xxxii + 316 Halaman
Nomor ISBN : 978-602-8995-41-2