Pustaka

Mereka Kenang Kiai Aziz Masyhuri Tekun Membaca dan Menulis

Jumat, 1 Februari 2019 | 12:00 WIB

Ketika disebut nama KH Abdul Aziz Masyhuri, kemungkinan besar orang mengenalnya adalah sebagai orang yang produktif menulis. Ratusan kitab berbahasa Indonesia dan Arab lahir dari tangannya. Ya, ia adalah bagian dari generasi NU yang sambung-menyambung dalam tradisi penulisan. Ia sebagaimana KH Mahfudz Shiddiq, KH Saifuddin Zuhri, KH Wahid Hasyim, Mahbub Djunaidi, hingga KH Abdurrahman Wahid. 

Meski demikian, ia juga ahli dalam beberapa bidang keilmuan di antaranya fiqih, ushul fiqih, hadits, tafsir, tasawuf, dan tarikh. Di antara keahliannya itu, yang paling menonjol adalah pada bidang aqidah. 

Keahlian dalam beragam bidang tersebut, tidak dapat Kiai Aziz Masyhuri dengan cara mudah. Ia belajar keras dan tekun sedari remaja. Salah seorang adik kandungnya, Nurul Huda Masyhuri mengenang Kiai Aziz sebagai anak yang kutu buku sejak kecil. Ia sering membaca atau muthalaah kitab hingga larut malam. Bahkan lewat tengah malam. 

Karena kebiasaannya itu, ibu KH Aziz Masyhuri sering mengingatkan. Ziz wis dalu ndang turu mene ngulang (Ziz, sudah larut malam besok ngajar lagi). (Hal.43) 

Buku ini merupakan kesaksian dari berbagai kalangan yang dibagi ke dalam beberapa bab. Di dalam tiap tersebut memuat kesaksiaan dari beberapa orang:
1. Kenangan dari Keluarga
2. Kenangan dari Ulama atau Kiai
3. Kenangan dari Tokoh Nasional 
4. Kenangan dari Peneliti atau Kolega dari Luar Negeri 
5. Kenangan dari Cendekiawan 
6. Kenangan dari Akademisi
7. Kenangan dari Santri atau Alumni 
8. Kenangan dari Tokoh Muda NU
Ratusan kitab dalam bahasa Indonesia dan puluhan dalam bahasa Arab. Ia merupakan cucu mantu dari Rais Aam KH Bisri Syansuri, pengasuh pesantren Al-Aziziyah,  Ia lahir dari Senori, Tuban. Penulis terkenal SYekh Fadhol Senori merupakan pamannya. Ia meninggal Sabtu 15 April 2017. Lahir tanggal 17 Juli 1942 di Senori Tuban, Jawa Timur dari pasangan KH Masyhuri bin Abdus Sami’ dan Nyai Hj Aminah Syahid. 

Masa kecilnya ia berguru kepada kedua orang tuanya kemudian kepada beberapa kiai di Senori. Kemudian pada masa remaja, ia berguru kepada satu kiai ke kiai lainnya. Ia pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Peterongan Jombang, Pondok Pesantren Lasem, Rembang, dan Pondok Pesantren Krapyak. Pada bulan Ramadhan ia sering berkeliling ke pesantren-pesantren untuk menimba ilmu. 

Kemudian sempat belajar nonformal di Makkah saat setelah ia menikah. Dia dikaruniai dua orang putri yaitu hj Bariroh Aziz, hj khoridah Aziz,dan seorang putra, Abdul Muiz Aziz

Ia pernah aktif di IPNU, Lembaga Pendidikan Ma'arif, Persatuan Guru Nahdlatul ulama di Tuban. Untuk tingkat wilayah Jawa TImur ia aktif LP Ma’arif NU, Lembaga Dakwah NU, LKKNU, Wakil Katib Syuriyah PWNU Jatim, Wakil Rais, Ketua RMI, dan pengurus MUI

Di tingkat pusat, Ketua RMINU, pengurus BAZNAS Wakil Ketua Pospenas (Pekan Olahraga dan seni, pondok pesantren tingkat nasional)
A'wan PBNU, Dewan Pengawas P3M, Pengurus MP3A Majelis Pertimbangan Pendidikan dan Pengajaran Agama dan Keagamaan.  

Peresensi adalah Abdullah Alawi

Data Buku buku:
Judul buku : Mengenang KH A. Aziz Masyhuri (1942-2017)
Penulis : Fathonah K. Daud (editor)
Penerbit         : Diva Press
Cetakan         : Me1 2018
Tebal : 296 halaman




Terkait