Ramadhan, Momentum Pesantren Tingkatkan Dakwah Digital
Ahad, 10 April 2022 | 19:30 WIB
Masuknya pesantren dalam dakwah digital layak diapresiasi karena hal ini menunjukkan adaptasi terhadap teknologi baru.
Dalam tradisi pesantren, Ramadhan identik dengan ngaji pasan yaitu pengajian khusus yang hanya digelar selama bulan Ramadhan. Targetnya, kitab yang dikaji dapat diselesaikan selama puasa. Selain itu, Ramadhan juga lekat dengan pesantren kilat bagi para pelajar yang hendak secara khusus mendalami materi-materi keagamaan di sekolah.
Pengajian Ramadhan semakin gampang diakses karena banyak pesantren yang melakukan dakwah secara digital dengan menyiarkan pengajiannya secara live streaming melalui kanal media sosial yang mereka miliki. Masyarakat umum dapat memilih kitab atau tema yang mereka sukai seperti fiqih, tasawuf, tafsir atau yang lainnya; publik juga dapat memilih kiai yang gaya pengajiannya cocok.
Platform-platform yang menjadi kanal siaran langsung seperti Youtube, Facebook, atau Instagram telah menjadi ruang terbuka untuk berdakwah. Siapa pun dapat mengisi ruang tersebut untuk menebarkan kebaikan. Ruang dakwah yang mampu menjangkau audiens luas sebelumnya hanya radio dan televisi. Kini semua orang seolah-olah punya stasiun TV tersendiri yang bisa diisi dengan apa saja.
Dengan beragamnya pilihan pengajian yang bisa diakses, maka para dai berebut perhatian dari para warganet. Jika ada pengajian yang tema atau penyampaiannya tidak menarik, warganet dengan gampang berpindah ke pengajian ke dai lain yang lebih sesuai dengan seleranya.
Maka pengajian di internet tak lagi sesederhana memasang kamera yang sudah terhubung dengan akun media sosial, lalu kemudian menyerahkan pilihannya kepada penonton. Jika suka silakan, kalau tidak silakan ditinggalkan; yang penting sudah mengaji; yang penting sudah menyampaikan; urusan diterima atau tidak, bukan lagi tanggung jawab kiai. Cara pandang seperti itu tidak sepenuhnya tepat.
Konten yang sukses di internet, termasuk pengajian daring, biasanya melibatkan banyak faktor, Memang ada satu atau dua konten yang viral karena momentumnya tepat, tetapi hal tersebut tidak dapat diulang dengan gampang. Kemampuan retorika atau public speaking yang baik menjadi satu bagian yang penting, tapi tidak cukup. Ada faktor penjudulan konten yang terkait dengan Search Engine Optimization (SEO), kualitas pengambilan gambar, termasuk seberapa besar jumlah follower media sosial yang sudah dimiliki.
Semakin banyak ditonton, dikomentari secara positif, atau dibagikan ke orang lain, maka pengaruh yang ditimbulkannya juga semakin besar. Di balik akun yang memiliki banyak follower atau konten yang disukai warganet, ada banyak kerja di belakang layar yang membutuhkan banyak keahlian. Hal-hal tersebut tidak dilakukan secara paruh waktu, tetapi akun besar umumnya dikelola secara profesional.
Masuknya pesantren dalam dakwah digital layak diapresiasi karena hal ini menunjukkan adaptasi terhadap teknologi baru. Namun demikian, terdapat sejumlah persyaratan untuk sukses dakwah digital yang mesti dipenuhi.
Terkait dengan konten pengajian Ramadhan misalnya, jika pengajian yang diselenggarakan ingin menjangkau khalayak luas, maka pendekatannya tidak cukup menggunakan gaya konvensional yang kemudian disiarkan di media sosial. Jika ingin mendapat penonton yang banyak, konsep pengajian mesti mengutamakan pengunjung daring dibandingkan yang datang secara langsung. Mereka yang mengikuti pengajian secara langsung, tak punya banyak pilihan selain tetap mendengarkan pengajian sekalipun tidak menarik. Bagi yang mengikuti secara daring, pengajian yang tidak menarik akan dengan mudah ditinggalkan.
Bahasa termasuk menjadi kendala. Banyak pengajian pesantren yang menggunakan bahasa Jawa sebagai pengantarnya. Otomatis hal tersebut akan membatasi jangkauan komunitas penontonnya terbatas pada orang-orang yang bisa berbahasa Jawa saja. Orang yang hanya bisa berbahasa Indonesia di perkotaan yang kini jumlahnya membesar atau bahasa daerah lainnya kecil kemungkinan akan mengikuti pengajian seperti ini.
SEO juga merupakan aspek krusial yang mesti diperhatikan. Ada banyak orang yang membikin konten dengan tema yang sama atau dengan judul yang mirip. Konten yang muncul di kolom pencarian paling atas akan paling banyak diakses. Untuk berada di halaman pertama urutan pertama pencarian memerlukan teknik SEO yang mumpuni.
Dalam skala yang lebih luas, ada banyak platform digital yang kini sudah digunakan untuk pembelajaran di sekolah umum sebagai kombinasi pembelajaran di kelas. Ini juga menjadi peluang bagi pesantren untuk memanfaatkannya bagi pembelajaran banyak hal guna membekali santri menempuh kehidupan yang nanti akan semakin terdigitalisasi.
Teknologi digital dari waktu ke waktu terus berkembang. Teknik yang sukses digunakan dalam satu waktu dengan cepat tidak lagi kompetitif jika ada hal baru yang lebih canggih dari sisi teknologi atau sisi tekniknya. Pendekatan teknologi digital tidak sama dengan belajar materi-materi keagamaan yang sekali paham, dapat digunakan dalam jangka panjang. Teknologi digital mensyaratkan pembelajaran secara terus menerus terhadap perkembangan baru.
Dalam situasi seperti ini, maka menjadi syarat mutlak bagi pesantren untuk berkolaborasi dengan pihak lain untuk dapat selalu terhubung dengan teknologi atau teknik terbaru dalam dakwah digital. Jika tidak, mereka akan terlambat dalam pengadopsian perkembangan terbaru dakwah digital. Komunitas digital bisa gagas dengan mudah karena komunikasi tidak harus selalu bertemu secara fisik, tinggal bagaimana membangun jejaring, menjaga, dan mengembangkannya. (Achmad Mukafi Niam)