UEA dan Inspirasinya untuk Pengembangan Sains dan Teknologi
Ahad, 14 Februari 2021 | 12:00 WIB
Visi wahana antarplanet yang diluncurkan Uni Emirat Arab telah menginspirasi anak-anak muda untuk menekuni bidang sains dan teknologi. (Foto: today24.news)
Wahana milik Uni Emirat Arab (UEA) yang disebut Amal berhasil mencapai Mars pada 9 Februari 2021, tepat pada hari ulang tahun pembentukan negara tersebut. Pencapaian ini menahbiskannya sebagai negara Arab dan negara Muslim pertama yang mencapai planet merah itu. Wahana tersebut akan mengumpulkan data-data tentang kondisi di Mars. Sebelumnya, pada 2019, UEA juga berhasil menerbangkan astronotnya, Hazza Al Mansouri ke luar atmosfir bumi. Ia menjadi orang Arab pertama yang pergi ke luar angkasa.
Yang cukup membanggakan bagi UEA, proyek Mars ini dikelola oleh para ilmuwan perempuan. Hal ini tentu akan menjadi kekuatan pendorong reformasi sosial di Timur Tengah untuk memberi ruang yang lebih besar pada peran-peran perempuan di ruang publik.
Uni Emirat Arab (UEA) memiliki strategi berbeda dalam mengelola kekayaan alamnya, berupa minyak bumi yang suatu saat akan habis. Kini, negara tersebut berupaya untuk terlibat dalam proyek-proyek ambisius pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menginspirasi generasi mudanya agar lebih tekun menekuni bidang ini.
Negara kecil gabungan dari tujuh emirate ini telah berhasil menempatkan dirinya sebagai pusat perhatian dunia, dari sebelumnya sebagai sebuah wilayah yang tidak dikenal. Dubai kini dikenal karena memiliki gedung tertinggi di dunia. Bandara internasional Dubai kini menjadi salah satu bandara tersibuk di dunia karena menjadi tempat perlintasan perjalanan internasional. Kota ini juga menjadi pusat bisnis keuangan di Timur Tengah dan tujuan wisata populer. Semua hal tersebut tentu bisa dicapai karena didasari sebuah visi besar.
Jadi, apa yang dilakukan oleh UEA yang visinya beberapa langkah ke depan dibandingkan dengan beberapa negara teluk lainnya, akan turut mengubah pandangan dalam dunia Islam. Penguasa di negara-negara tetangganya, akan dianggap tidak kompeten mengelola negara oleh rakyatnya jika mereka tidak mampu membuat perubahan dari mengebor minyak dan kemudian hidup bermewah-mewah atau untuk membeli senjata. Persoalan yang dihadapi negara-negara kaya tersebut mungkin berupa tiadanya mimpi yang cukup besar yang menantang mereka untuk menggunakan sumber dayanya dengan baik.
Saudi Arabia, sebagai contoh, telah mengumumkan program Visi 30 yang merupakan upaya pemerintah untuk mengurangi ketergantungan negara tersebut dari minyak pada tahun 2030. Salah satunya adalah dengan membangun kota Neom yang nantinya diharapkan menjadi pusat bisnis baru. Inspirasi dan persaingan dalam konteks seperti ini tentu menjadi hal yang baik.
Untuk mensukseskan program-program tersebut, disyaratkan adanya keterbukaan dan perubahan pandangan di Arab Saudi, kepastian hukum, dan tata kelola pemerintahan yang lebih baik. Nilai-nilai agama konservatif yang selama ini mendominasi pelan-pelan diubah menjadi lebih moderat. Larangan menyetir bagi perempuan yang menjadi sudah dicabut. Perempuan boleh menonton pertandingan olahraga di stadion, dan sejumlah perubahan lainnya.
Perubahan di Saudi Arabia, akan berdampak kepada dunia Muslim secara umum, mengingat ada sebagian Muslim yang menjadikan Saudi sebagai rujukan dalam beragama. Kelompok-kelompok agama di Indonesia yang selama ini berafiliasi ke Saudi Arabia, juga akan menjadi lebih moderat.
Visi wahana antarplanet yang diluncurkan oleh Uni Emirat Arab telah menimbulkan kebanggaan kepada warga negaranya dan menginspirasi anak-anak muda untuk menekuni bidang sains dan teknologi serta menimbulkan gairah dari negara-negara lain untuk memasuki bidang yang sama. Apa yang dilakukan oleh negara kecil tetangga Arab Saudi ini, jika dilakukan secara konsisten, akan mengubah fokus dari perdebatan kebenaran aliran agama yang tiada hentinya, menjadi pencapaian nyata.
Ada beberapa persoalan mendasar yang belum selesai dalam dunia Islam, seperti masalah hubungan Sunni Syiah yang kemudian terefleksikan dalam perebutan pengaruh regional antara Saudi Arabia dan Iran. Beberapa konflik yang terjadi di Timur Tengah didasari oleh persoalan aliran agama tersebut sebagaimana yang terjadi di Yaman, perang Irak Iran yang berlangsung beberapa dekade lalu, konflik di Lebanon, dan lainnya.
Pencapaian-pencapaian baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikontribusikan oleh aliran apapun dalam Islam, akan mendapatkan apresiasi dari seluruh dunia. Warga dunia tidak melihat aliran agamanya apa, tetapi kontribusi apa yang telah diberikannya kepada perbaikan kondisi dunia ini. Membangun kekuatan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, akan mengurangi menguatnya sentiment aliran dalam agama.
Umat lain pun pernah mengalami konflik agama seperti yang pernah terjadi antara pemeluk Protestan dan Katolik beberapa abad lalu dalam bentuk perang yang menimbulkan banyak korban kematian dan kerusakan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya mereka menyadari bahwa tidak mungkin untuk memaksakan pihak lain untuk mengikuti keyakinannya. Persoalan Sunni Syiah yang hingga kini masih bisa dirasakan, akarnya bisa ditelusuri hingga ke era Khulafaur Rasyidin, 14 abad lalu.
Peradaban-peradaban besar, telah mencurahkan energinya untuk menguasai masa depan. Di saat teknologi seluler 5G baru diinisiasi dan digunakan di segelintir tempat, Amerika dan China sudah berlomba untuk melakukan riset guna menemukan teknologi 6G. Persaingan juga terjadi dalam bidang-bidang lainnya seperti artifisial intelegence (AI), robotika, genomic, dan lainnya yang mana penguasaan pada bidang-bidang tersebut akan menentukan siapa yang mendominasi dunia.
Negara-negara Muslim, sejauh ini hanya menjadi konsumen atas produk-produk teknologi tersebut. Tak ada yang patut dibanggakan sebagai sebuah bangsa atau peradaban besar jika sekedar menjadi konsumen produk yang dibuat pihak lain. Upaya-upaya untuk memberi kontribusi yang lebih besar kepada peningkatan pengetahuan dan teknologi perlu terus didorong dan difasilitasi. (Achmad Mukafi Niam)