Oleh: A Muchlishon Rochmat
Sa’ad bin Abi Waqqash memiliki peran dan kontribusi yang besar dalam dakwah Islam. Bersama Rasulullah, dia hampir mengikuti semua peperangan untuk menegakkan Islam. Sa’ad bin Abi Waqqash juga adalah orang pertama yang melepaskan anak panah dalam peperangan membela Islam. Begitu pun menjadi orang pertama yang terkena anak panah.
Sa’ad bin Abi Waqqash memeluk Islam ketika usianya baru 17 tahun. Ia termasuk golongan yang pertama masuk Islam (assabiqunal awwalun). Sa’ad memiliki banyak keutamaan dan keistimewaan. Diantaranya menjadi satu dari 10 orang yang dijamin Rasulullah masuk surga, orang yang doanya diterima –karena suatu ketika Rasulullah pernah berdoa agar doa Sa’ad selalu dikabulkan Allah, menjadi pasukan berkuda di Perang Bada dan Uhud.
Sebagaimana keterangan dalam buku Ash-Shaffah (Yakhsyallah Mansur, 2015), Sa’ad juga menjadi sebab turunnya (asbabun nuzul) tiga wahyu Allah kepada Rasulullah. Pertama, QS. Luqman ayat 15. Ayat ini turun setelah kejadian ibunda Sa’ad bin Abi Waqqash tidak mau makan karena tahu anaknya memeluk agama Islam. Kedua, QS. Al-An’am ayat 52-52. Menurut Sa’ad, ayat tersebut berkaitan dengan enam orang sahabat. Dan dirinya adalah salah satunya.
Ketiga, QS. Al-Anfal ayat 1. Sa’ad bin Abi Waqqash berhasil membunuh orang yang telah membunuh saudaranya, Umair, dalam Perang Badar. Sa’ad juga berhasil mengambil pedang orang tersebut sebagai ghanimah. Namun Rasulullah memerintahkannya agar pedang tersebut disimpan di tempat rampasan perang. Ini membuat Sa’ad sedih. Lalu turunnya ayat tersebut dan Rasulullah kemudian memberikan pedang tersebut kepada Sa’ad.
Sa’ad bin Abi Waqqash termasuk salah satu sahabat yang memiliki umur panjang. Ia wafat pada usia 83 tahun. Ia hidup di era Rasulullah, Khalifah Abu Bakar, Khalifah Umar bin Khattab, dan Khalifah Utsman bin Affan. Pada saat kekhalifahan Umar bin Khattab, Sa’ad diangkat untuk memimpin pasukan umat Islam melawan Persia dalam Perang Kadisiah. Pasukan umat Islam dibawah komando Sa’ad bin Abi Waqqash berhasil mengalahkan pasukan Kerajaan Persia. Kemenangan ini sekaligus menjadi ‘pintu masuk’ dalam mendakwahkan Islam di bumi Persia.
Sementara pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan, Sa’ad bin Abi Waqqash ditugaskan untuk memimpin delegasi ke China. Merujuk buku Perkembangan Islam di Tiongkok (Ibrahim Tien Ying Ma, 1979), ini menjadi tonggak pertama dakwah Islam di negeri tirai bambu.
Sebetulnya ada banyak versi tentang awal dan proses masuknya Islam ke China. Ada yang menyebut Islam masuk ke China dibawa oleh sahabat Rasulullah yang menetap di Abyssinia (Ethiopia) setelah hijrah yang pertama. Mereka menetap di sana dan tidak kembali lagi ke Makkah setelah peristiwa hijrah itu. Kemudian beberapa tahun setelahnya, mereka berlayar dari Abyssinia ke China untuk mendakwahkan Islam.
Ada juga yang menyebut kalau Islam masuk ke China dibawa oleh Sa’ad bin Abi Waqqash. Hampir sama dengan versi yang pertama, Sa’ad bin Abi Waqqash berlayar dari Abyssinia ke China untuk menyebarkan Islam pada tahun 616 M. Setelah beberapa saat berada di China, Sa’ad balik ke Arab. Dan sekitar 20 tahun setelahnya Sa’ad kembali lagi ke China untuk meneruskan dakwahnya.
Dari semua versi yang ada, Ibrahim Tien Ying Ma menyebut bahwa yang paling valid adalah versi yang pertama. Dimana Sa’ad dikirim Khalifah Utsman bin Affan untuk memimpin delegasi ke China untuk mendakwahkan Islam pada tahun 615 M, atau sekitar 20 tahun setelah wafatnya Rasulullah.
Dalam buku History of China (Ivan Taniputera, 2008), rombongan Muslim itu diterima dengan baik oleh Kaisar Yong Hui dari Dinasti Tang. Kaisar China juga menunjukkan toleransinya. Dia memperbolehkan delegasi umat Islam tersebut tidak melakukan tradisi penyembahan di hadapan kaisar. Sang Kaisar paham bahwa umat Islam tidak melakukan penyembahan terhadap manusia.
Tidak hanya itu, Sang Kaisar China juga mengizinkan delegasi yang dipimpin Sa’ad bin Abi Waqqash itu untuk mendirikan tempat ibadah, masjid. Maka dibangun lah sebuah masjid agung pada 742 M. Masjid itu bernama Masjid Huaisheng atau dikenal dengan Masjid Sa’ad bin Abi Waqqash di Provinsi Guanzhou. Masjid yang dibangun di atas lahan seluas 5 hektare itu menjadi salah satu masjid tertua di China.
Konon, Sa’ad bin Abi Waqqash menyebarkan Islam kepada masyarakat China hingga akhir hayatnya. Makamnya dikenal dengan Geys' Mazars. Versi lain menyebutkan bahwa Sa’ad bin Abi Waqqash wafat di Aqiq –sekitar 18 mil dari Madinah- dan dimakamkan di Baqi'.