Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, Mohamad Adnan, diperingatkan agar berhati-hati dengan langkah politiknya yang menjadi Calon Wakil Gubernur Jateng dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) pada Juli mendatang. Ia diminta untuk tidak ‘bermain-main’ dengan Khittah NU 1926.
Peringatan tersebut dikatakan Pengasuh Pondok pesantren Assalafiyah, Kabupaten Brebes, Jateng, Subekhan Makmun, di kediamannya di komplek Pesantren, Senin (31/3). “NU itu memiliki bisa (racun) yang ganas berupa Khitth 1926, siapa yang menyentuhnya akan sekarat dan bisa-bisa mati. Maka peliharalah Khittah itu,” ujarnya seperti dilaporkan Kontributor NU Online, Wasdiun.<>
Kiai Subekhan menilai, langsung atau tidak langsung, keterlibatan Adnan dalam pesta demokrasi lokal itu akan berpengaruh pada NU sebagai organisasi. Selain itu, langkah Adnan juga tidak akan membawa pengaruh positif pada kalangan Nahdliyin (sebutan untuk warga NU).
Ia menambahkan, jika ada kader NU yang ingin aktif di politik praktis, semestinya masuk dalam partai politik. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), misalnya. Menurutnya, partai tersebut merupakan ‘mesin politik’ warga NU yang didirikan untuk meraih kekuasaan politik.
“Bila (Mohamad Adnan) kalah, NU akan dilecehkan. Kalau menang, maka jabatan ketua NU dari semua tingkatan, akan jadi rebutan. Bila kepemimpinan direbutkan, alamat kehancuran yang didapatkan. Karena, di situ akan bermain segala tipu muslihat demi mendapatkan suatu jabatan. Sungguh ngeri, tak terbayangkan,” ucap Kiai Subekhan.
Kiai Subekhan juga menyesalkan maraknya kader-kader NU yang tertarik pada dunia politik praktis belakangan ini. Sementara, tugas-tugas utama NU sebagai pelayan umat, sering ditinggalkan.
“Yang dipikirin politik melulu, contoh kecil, buku-buku Wahabi yang dibawa rombongan ibadah haji Indonesia tahun kemarin, tidak disikapi. Padahal, di situ isinya jelas-jelas menyimpang dari ajaran Ahlusunnah Waljamaah,” imbuh Kiai Subekhan. (rif)