Agama Dituding sebagai Sumber Konflik akibat Kesalahan Pemaknaan
Rabu, 26 November 2008 | 10:44 WIB
Agama, terutama Islam, belakangan seringkali dituding sebagai sumber konflik. Hal itu terjadi akibat kesalahan pemaknaan terhadap agama itu sendiri. Teks-teks agama kerapkali kurang dipahami secara mendalam.
Demikian diungkapkan Sekretaris Forum Kerukunan Antarumat Beragama (FKUB) Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Akrom Jangka Daosat, pada diskusi Orientasi Antar/intern Umat Beragama di Brebes, Selasa (25/11).<>
Menurut Akrom, Islam seringkali menjadi sasaran tudingan itu. Padahal, Islam sangat menghargai perbedaan, bahkan melarang adanya paksaan dalam beragama. Tidak benar jika teks-teks agama dijadikan dasar untuk melakukan tindak kejahatan dan mengambil hak orang lain secara ilegal.
Dalam pemahaman Akrom, kekerasan yang mengatasnamakan agama terjadi akibat sikap merasa diri paling benar dan apriori terhadap teks agama lain. Hal itulah yang menjadi potensi konflik. “Eksklusifme akan menumbuhkan sikap ekstrim dan berujung fundamentalisme,” tandasnya.
Selain itu, tudingan bahwa agama adalah sumber konflik, sesungguhnya dimunculkan pihak-pihak atau kelompok yang “alergi” pada agama. Mereka memandang agama sebagai institusi pinggiran yang tak mendapat tempat dalam pembangunan peradaban manusia.
Akrom menawarkan untuk membangun rutinitas dialog antar atau intern umat beragama. Di samping itu, para pelaku agama harus bersikap terbuka. “Saat rutinitas dialog dan inklusifme agama menjadi bagian hidup umat beragama, maka statemen bahwa agama adalah sumber konflik, bisa dibantah,” pungkasnya. (was)