Yogyakarta, NU Online
Kekuatan ekonomi di bawah sistem Kapitalisme, Sosialisme, Negara Sejahtera dan Neo-Liberalisme masih menyisakan sejumlah masalah dalam hubungannya dengan keadilan ekonomi, baik dalam soal hubungan kepemilikan, produksi, konsumsi dan distribusi. Sehingga perlu ada reformasi struktur sosial-ekonomi dan nilai-nilai keadilan yang membimbingnya.
Dalam perspektif Islam, Al-Quran telah menawarkan solusi. Di dalam ayat-ayatnya tidak kurang dari seratus ungkapan yang memasukkan gagasan keadilan, baik dalam bentuk kata-kata langsung maupun tidak langsung.
<>Selain itu, tidak kurang dari dua ratus ayat peringatan yang melawan keadilan. Hal itu merupakan kekuatan moral yang sifatnya universal dalam upaya menegakkan keadilan ekonomi dalam kehidupan bernegara manapun.
Hal tersebut disampaikan Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Zakiyuddin (35) saat mempertahankan disertasinya dalam promosi untuk meraih gelar Doktor pada Program Pascasarjana (PPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Sabtu (17/3) di Gedung Pusat Administrasi kampus setempat.
Mengangkat disertasi berjudul “Konsep Keadilan Ekonomi Dalam Al-Quran”, putra kelahiran Indramayu itu lulus dengan predikat cumlaude dan menjadi Doktor ke-137 PPs UIN.
Di hadapan Promotor Prof Dr H Musa Asy’arie dan Drs Munrokbim Misanam MA Ec PhD serta tim penguji terdiri Prof Dr H Syamsul Anwar MA, Prof Dr H Siswanto Masruri, MA, Prof Dr H Akh Minhaji MA PhD dan Prof Dr Edy Suandi Hamid Mec serta dipimpin Rektor UIN, Prof Dr HM Amin Abdullah dengan sekretaris Dr H Sukamto MA itu, Zakiyuddin menawarkan solusi, bagaimana mengangkat nilai-nilai Al-Quran dalam aktivitas ekonomi untuk menegakkan keadilan ekonomi, yakni dengan cara menumbuhsuburkan aspek-aspek akidah dan etika, spiritualisasi dan moralisasi semua aktivitas ekonomi, baik pada tingkat individu, kolektif, masyarakat maupun kebijakan negara.
Mengangkat nilai-nilai Al-Quran sebagai taken for granded dengan dua pendekatan, qawniyyah (intelektual-merekonstruksi konsep-konsep keadilan yang dipijakkan pada nilai-nilai Al-Quran) dan kawniyyah (empiris- menganalisis praktik-praktik ekonomi).
Menurut Zakiyuddin, disertasinya menawarkan alternatif jawaban atas problem ketidakadilan, implementasi dan dimensi teologisnya dalam hubungannya dengan 5 persoalan, yakni aktivitas kepemilikan, produksi, konsumsi, distribusi dan redistribusi serta peran negara.
Melalui pendekatan tafsir tematik dan analisis sintetik, ternyata jawaban konseptual Al-Quran terhadap masalah ketidakadilan melahirkan prinsip-prinsip kepemilikan antara lain, sumberdaya adalah hak mutlak Allah, kepemilikan sumberdaya adalah kemitraan bukan hak eksklusif, manusia bebas menentukan pilihan nasibnya, individu menerima apa yang menjadi haknya berdasarkan usaha, konsumsi tak boleh melampaui batas maksimal, prioritas konsumsi konsumsi berdasarkan hierarki kebutuhan dan menjaga kelestarian alam dan manusia, distribusi sumberdaya alam dan lingkungan dalam kerangka partisipasi, redistribusi kekayaan dan pendapatan merupakan tanggungjawab bersama untuk memastikan jaminan sosial bagi mereka yang kurang beruntung, peran negara adalah keniscayaan yang bersifat komplementer.
Sementara, tujuan penerapan prinsip-prinsip keadilan yang diserap dari nilai-nilai Alquran, katanya, untuk mencapai kesejahteraan bersama dengan semua melaksanakan aktivitas produksi melalui kerja profesional/ tidak parasit, mencari keuntungan dengan cara halal, memiliki kesadaran ekologis, memiliki harga diri untuk tidak meminta-minta dan berusaha untuk terbebas dari jeratan utang.
Perlu ditegaskan pula oleh Zakiyuddin, sistem dan aktivitas perekonomian harus mempertimbangkan faktor kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan sebagai variabel penting dalam pembangunan berkelanjutan. Oleh tim penguji dirinya dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude. (man/obi)