Warta

Bom Bali II Tak Terkait dengan Agama

Senin, 3 Oktober 2005 | 02:18 WIB

Denpasar, NU Online
Pimpinan Majelis Umat Beragama dan Adat setempat, mengutuk keras para pelaku peledakan bom di dua lokasi di Kabupaten Badung, Jimbaran dan Kuta (Sabtu malam, 1/10) serta menyatakan bahwa peristiwa ini sama sekali tidak dikaitkan dengan agama.

"Perbuatan biadab dan tidak berprikemanusiaan itu dilakukan oknum yang tidak bertanggung jawab," kata Bupati Badung AA Gde Agung yang juga Ketua Umum Forum Komunikasi Antarumat Beragama Badung, seusai pertemuan di Jimbaran, Minggu.

<>

Pertemuan yang dihadiri pihak PHDI, MUI, Keuskupan, Walubi, MPAG dan BPPLA itu, menyepakati agar penanganan kasus biadab ini diserahkan sepenuhnya kepada aparat keamanan untuk mengungkap pelaku serta menghukum dengan seberat-beratnya.

Forum komunikasi antarumat ini, juga meminta masyarakat yang wilayahnya diporakporandakan oleh bom, tetap tenang dan tidak mudah terpancing isu-isu yang tidak ada ujungpangkalnya yang bisa menambah keresahan masyarakat.

Gde Agung dalam pertemuan yang dihadiri tokoh Adat Jimbaran, Lurah Jimbaran serta tokoh masyarakat Jimbaran untuk menyamakan persepsi dalam rangka mengambil langkah-langkah yang dipandang perlu untuk segera dilakukan.

Sementara itu, ungkapan senada juga dikatakan Ketua Umum PBNU, KH. Hasyim Muzadi. Menurutnya bom bali II ini lebih banyak bernuansa politik daripada nuansa agamanya.

“Tanpa mendahului penyelidikan dan investigasi dari fihak aparat tentang motifnya, saya punya feeling bahwa ini lebih banyak bermotif politik daripada bermotif agama,” tandasnya usai mengadakan haul ayahnya H. Muzadi minggu lalu.

Karakter pengeboman kali ini berbeda dengan aksi sebelumnya, ”Tapi feeling saya, kalau dulu itu dalam konteks masalah hubungannya dengan Amerika, itu ada kecenderungan berkarakter agama. Kalau sekarang saya kira lebih banyak berkarakter politik. Karena kekacauan-kekacauan yang ada di Indonesia,” paparnya.

Bom Bali II kali ini lebih bernuansa poltik karena indikator pertamanya adalah besarnya ekslusifitas tidak sebesar dulu. “Ada unsur-unsur kimianya yang tidak harus ke luar negeri. Lalu indikasinya lagi berdekatan dengan kenaikan BBM. Mungkin ini segi pengacauan yang bersifat mempanikkan keadaan serta korbannya tidak langsung menuju ke orang asing,” ujarnya. (atr/cih)


Terkait