Cak Nun: Indonesia Semakin Terpuruk Karena Masih Terjajah
Jumat, 23 September 2005 | 09:23 WIB
Makassar, NU Online
Meski Indonesia merasa telah merdeka sejak 60 tahun lalu, namun keterpurukan yang melanda bangsa saat ini, seperti krisis ekonomi, rakyat belum sejahtera, disebabkan karena bangsa masih terjajah dengan paham-paham yang dianut pemerintahannya.
Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) di Makassar, Jumat, mengatakan, Indonesia terjajah dengan paham neo Liberalisme sebab bentuk penjajahan ini tidak memiliki batas negara. Orang Swedia bisa beli masjid dan warga Amerika Serikat bisa menguasai negeri ini, Mc Donalds, Nokia kini telah menguasai Makassar.
<>Suatu hari nanti tanah Makassar bukan lagi milik orang Makassar atau Jakarta tetapi mungkin jadi milik Finlandia atau Denmark," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, akibat dari neo liberalisme, maka pemerintah bisa saja melepas aset negara, seperti bank, Satelindo, sehingga membuat rakyat Indoensia tidak memiliki apa-apa lagi. Selain neo liberalisme, Indonesia kini juga sedang dijajah dengan bentuk penjajahan globalisasi yang seolah-olah telah dijadikan agama.
"Agama baru itu globalisasi, rakyat saat ini sudah tidak memandang penting agama yang mereka anut sesungguhnya, melainkan hal yang terpenting itu adalah para artis," ujar Cak Nun yang juga suami Novia Kolopaking, seraya menambahkan bahwa kebanyak orang menganggap, orang penting dan yang hebat itu adalah mereka yang sering tampil di televisi. Semua ini adalah dampak dari globalisasi," katanya.
Indoensia tidak akan pernah lepas dari segala bentuk penjajahn yang berlaku di dunia ini bila tidak pandai menyikapi sutau persoalan, mencari tahu penyebab dari segala keterpurukan bangsa yang terjadi selama ini.
Menurut Cak Nun, kenaikan BBM tidak bisa dipandang secara close-up, melainkan secara mendasar dan menyeluruh. "Keterpurukan ekonomi pasti ada asal usulnya," jelanya.
Yang terpenting saat ini katanya, bagaimana rakyat Indoensia memberikan motivasi dan mendesak pemimpin dengan pemerintahan yang baru ini untuk berpikir secara global dan substansi, sebab selama ini bangsa Indonesia menjadi negara sandera dan terjajah.
"Bila pemerintah memahami apa itu neo liberlarisme, kenapa IMF menawarkan uang kepada Indoensia tetapi kita tidak bebas menggunakan uang pinjaman itu untuk keperluan bangsa dan negara melainkan hanya atas keinginan badan keuangan dunia itu," jelasnya seraya menambahkan bila pemerintah masih menjadi budak stakeholder internasional, bangsa ini akan terus mengalami keterpurukan.
Meski demikian lanjut Cak Nun menyatakan, Indonesia tidak bisa langsung memutusukan hubungan IMF tetapi bagaimana menyikapinya dalam bekerja sama dengan IMF, dengan pertimbangan tidak merugikan rakyat Indonesia.
Dalam peradaban manusia, ada empat bentuk penjahahan yang berlaku, yaitu kerajaan, kedua bangsa yang punya senjata dan pintar menjajah bangsa kecil yang bodoh dengan metode teritorial dan militer.
Sedangkan penjajahan ketiga yakni klaim atau rekruitmen kekuatan internasional terhadap kekuatan negara dunia ketiga untuk masuk kedalam kebijakannya, misalnya ada pembangunan yang developmentalistik dan liberalistik.
Bentuk penjajahan ketiga ini katanya, pernah terjadi saat pada zaman kepemimpinan Presiden RI II, Soeharto, dengan meyakini bahwa dunia ketiga bisa bangkit seperti Eropa atau Amerika, dengan cara memacu ekonomi bangsa, seperti memiliki gedung bertingkat, tetapi karena dipaksakan, akhirnya terjadi kesenjangan ekonomi dan sosial, orang miskin makin bertambah melarat, sementara yang kaya semakin bertambah kaya. Dan saat ini, penjajahan ke empat yang berlaku adalah Neo Liberalisme.(ant/mkf)