Warta

Gus Dur: Jangan Emosional Sikapi Resolusi DK PBB Soal Iran

Ahad, 1 April 2007 | 08:39 WIB

Surabaya, NU Online
Ketua Umum Dewan Syuro DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengimbau agar jangan emosional dalam menyikapi dukungan pemerintah Indonesia dalam resolusi DK-PBB soal nuklir Iran.

"Saya tengah-tengah saja dan sikap di tengah-tengah itu memang sikap NU dan PKB," ujarnya, saat berbicara dalam Majelis Silaturrahim Ulama Rakyat (MaSURa) Jatim di Masjid Agung Sunan Ampel, Surabaya, Minggu.

<>

Di hadapan massa belasan ribu orang dari kalangan ulama dan tokoh masyarakat yang "membanjiri" Masjid Ampel itu, mantan Presiden RI itu menilai apa dasar pertimbangan pemerintah dalam mendukung resolusi DK-PBB itu memang belum jelas bagi rakyat.

"Karena itu, rakyat nggak paham, tapi reaksi terhadap pemerintah juga emosional semuanya. Lain kali, sikapi masalah politik perlu dengan rasional, jangan emosional," tegasnya, didampingi isterinya Hj Nuriyah Wahid dan putrinya Inayah.

Menurut mantan Ketua Umum PBNU itu, komunikasi rakyat dengan pimpinan seringkali terputus akibat pemimpin selalu memakai bahasa semu atau bahasa kebohongan, sehingga rakyat seringkali tidak percaya terhadap apa yang dikatakan pemimpin.

"Karena itu, SBY (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono) titip kepada Muhaimin (Ketua Umum DPP PKB H Muhaimin Iskandar) soal itu. Dia bilang, tolong omongan saya dijaga agar orang tak marah. Itu karena rakyat tak memahami omongan pemerintah," ucapnya, sambil menunjuk Muhaimin Iskandar di dekatnya.

Oleh karena itu, kata cucu pendiri NU Hadratusyekh KH Hasyim Asy'ari itu, pemerintahan yang akan datang harus dipimpin orang-orang yang menggunakan akhlakul ulama (perilaku yang meneladani para ulama).

"Pemimpin yang akan datang nggak harus sarjana, tapi orang yang jujur kepada rakyat dan mampu mengatasi masalah rakyat. Masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim itu masalahnya adalah kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan," ungkapnya.

Ia menambahkan PKB ingin pemerintahan yang akan datang adalah pemerintahan yang menggunakan akhlakul ulama atau pemerintahan yang jujur dan memperhatikan rakyat, bukan kepentingannya sendiri.

Dalam kesempatan dialog, Gus Dur sempat menjawab tiga pertanyaan, yakni sikap PKB terhadap Israel, cara mengajarkan akhlak dalam era globalisasi, dan upaya MaSURa dalam memberdayakan masyarakat miskin dan bodoh.

Acara yang diawali dengan khataman Al-Qur'an 30 juz dan istighotsah itu dihadiri sejumlah ulama, diantaranya KH An'im Falahuddin Mahrus (Lirboyo, Kediri), KH Chotib Umar (Jember), KH Faruq Zainuddin Djazuli (Ploso, Kediri), KH Azmi Nawawi (Masjid Ampel, Surabaya). (ant/eko)


Terkait