Warta

Gus Dur: Indonesia Takut pada AS Soal Sanksi Iran

Selasa, 27 Maret 2007 | 08:02 WIB

Jakarta, NU Online
Mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menyesalkan sikap dukungan pemerintah Indonesia atas sanksi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (DK PBB) terhadap Iran. Menurutnya, sikap tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Indoensia takut pada Amerika Serikat (AS).

Gimana mau konsisten kalau masih takut sama ndoro (Jawa: majikan). Indonesia itu takut sama ndoro-nya (Amerika Serikat, Red),” kata Gus Dur kepada wartawan usai menerima kunjungan anggota Fraksi Kebangkitan Bangsa di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta (27/3)

<>

Pemerintah Indonesia bersama 15 anggota DK PBB lainnya menyepakati rancangan resolusi yang dirumuskan Inggris, Prancis dan Jerman. DK PBB melalui Resolusi 1747 yang disepakati pada Ahad (25/3) lalu itu menjatuhkan sanski pada Iran terkait program nuklirnya.

Resolusi itu memperluas sanksi atas Iran yang ditetapkan pada Desember 2006 dalam Resolusi 1737. Di antara isi Resolusi 1747 adalah larangan secara menyeluruh ekspor senjata Iran maupun pembatasan penjualan senjata ke Iran. Isi resolusi juga membekukan aset milik 28 lembaga atau perorangan yang berhubungan dengan program nuklir dan rudal Iran.

Iran juga dibatasi untuk memperoleh bantuan keuangan. DK PBB memberi batas waktu 60 hari setelah resolusi agar Iran menghentikan program nuklirnya. Jika diabaikan, DK PBB bisa mengambil langkah yang lebih pantas berupa sanksi ekonomi, bukan militer.

Ditambahkan Gus Dur, selain takut pada AS, sikap pemerintah Indonesia yang mendukung penjatuhan sanksi tersebut juga merupakan bentuk ketidakkonsistenan. Karena, saat Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad berkunjung ke Indonesia pada 2006 silam, pemerintah dan rakyat Indonesia mendukung penuh pengayaan uranium di negeri Kaum Mullah itu.

Dengan demikian, imbuh mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu, nama baik Indonesia di mata dunia internasional, khususnya negara-negara Islam, akan hancur. Indonesia, ujarnya, tak akan dihormati oleh bangsa lain akibat ketidakkonsistenan tersebut.

“Indonesia tidak punya sikap konsisten. Kalau begitu, Indonesia tidak akan dihormati orang (negara dan bangsa) lain. Kehormatan itu kuncinya kan konsistensi sikap,” pungkas Ketua Umum Dewan Syura Partai Kebangkitan Bangsa itu.

Oleh karena itu, ia sangat mendukung jika ada wacana dari DPR yang akan melakukan interpelasi kepada pemerintah dalam persoalan dukungan sanksi DK PBB pada Iran. “Kalau mau interpelasi, mestinya tidak hanya soal Iran, tapi semua soal,” tandasnya. (rif)