Surabaya, NU Online
Sejumlah budayawan dan seniman, Rabu besok, 23 November 2011, tampil dalam acara sarasehan bertajuk Revitalisasi Budaya Nusantara sebagai Upaya Membangun Strategi Kebudayaan Indonesia.
Salah seorang di antaranya Kiai Musthofa Bisri atau yang akrab dengan sapan Gus Mus. Selain itu ada Radhar Panca Dahana, Damar Shashangka, Taufiq Kindy, Kiai Hasyim Wahid, Ray Sahetaphy, serta salah seorang putri almarhum Gus Dur, Alissa Qathrunnada.
<>Acara yang diselenggarakan di Gedung SAC, lantai tiga Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya, itu akan berlangsung hingga Kamis, 24 November 2011.
Pengarah acara sarasehan, Fathoni Hakim, menjelaskan para budayawan dan seniman itu akan membedah budaya Nusantara, mulai dari zaman prasejarah hingga konteks kekinian. "Selain sarasehan juga akan dilakukan orasi budaya dan pembacaan puisi oleh Gus Mus,” katanya, Selasa, 22 November 2011.
Acara digelar oleh Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) dan Program Studi Filsafat Politik Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya. Tujuannya melakukan penggalian sejarah masa lalu untuk merevitalisasi fakta bahwa bangsa ini sebenarnya bukanlah bangsa budak, melainkan keturunan bangsa besar yang pernah menguasai belahan dunia sejak Kerajaaan Sriwijaya, Singosari, Majapahit, serta Kerajaan Mataram.
"Kami sadar sejarah tak hanya membawa nilai budaya, tapi juga tradisi, kesusastraan, sistem politik, dan ketatanegaraan yang tentunya bisa dikembangkan untuk konteks kekinian," ujar Fathoni.
Pada zaman penjajahan, Belanda telah menghancurleburkan sendi-sendi budaya dan tradisi. Bahkan bangunan-bangunan kesejarahan diganti bangunan bergaya Eropa.
Menurut Fathoni, selama ini upaya menggali dan mengokohkan budaya Nusantara sering dilakukan. Tapi cenderung hanya fokus pada budaya estetik, sedangkan budaya dinamik berupa sistem sosial dan ketatanegaraan tidak pernah tersentuh. “Dalam acara sarasehan dua hari ini akan dicoba menggali sejarah yang hilang itu,” ucap dia.
Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya, Prof. Nur Syam, yang juga akan menjadi pembicara akan mencoba menyelidiki sistem politik ketatanegaraan yang menopang praktek ketatanegaraan Nusantara selama berabad-abad lalu. "Dulu sistem ketatanegaraan Nusantara disegani dan selalu menjadi ajang pembelajaran bangsa lain. Tapi kini itu semua mulai terbalik," tutur dia.
Redaktur : Hamzah Sahal
Sumber : Tempointeraktif