Warta

Hasil Perjuangan Panjang dan Melelahkan

Sabtu, 18 Februari 2006 | 05:26 WIB

Moh. Arief Hidayat, Jakarta

Sejak berdirinya 16 tahun silam hingga saat ini, dari mulai masih bernama Perpustakaan NU menjadi Perpustakaan PBNU, bukanlah sebuah proses yang mengalir begitu saja. Perpustakaan PBNU yang kini bertempat di Gedung PBNU lantai 2, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat ini menyimpan banyak kisah yang tak akan pernah terlupakan.

<>

Bermodal 600 koleksi buku, baik buku-buku ilmiah tentang NU maupun dokumen organisasi, awal 1989 Perpustakaan PBNU mulai dirintis. Saat itu, pusat dokumentasi dan informasi NU ini masih belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Jangan tanya soal berapa unit komputer yang dimiliki atau bagaimana sistem pelayanannya, rak buku, yang merupakan salah satu syarat utama bagi sebuah perpustakaan saja tidak punya.

Namun demikian, usaha untuk memenuhi kebutuhan segala informasi dan dokumentasi NU terus dikembangkan. Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam), selaku lembaga yang diberi wewenang untuk mengembangkan perpustakaan ini, menjadikan sekretariatnya di Jalan Prof Soepomo I A, Menteng Dalam, Jakarta Selatan, sebagai tempat Perpustakaan NU (sekarang menjadi Perpustakaan PBNU).

Direktur Perpustakaan NU pertama, Maria Ulfah Anshor (sekarang Ketua Umum PP Fatayat NU), bersama rekan-rekannya, satu persatu mulai mengumpulkan buku-buku ilmiah tentang NU, dokumen organisasi yang berserakan, kitab-kitab karya ulama NU serta karya tulis ilmiah lainnya. Even demi even pun digelar guna memperkenalkan keberadaan perpustakaan yang kini menjadi kebanggaan kaum nahdliyyin (sebutan untuk warga NU) ini.

Alhasil, pada tahun 1999, Perpustakaan NU sudah memiliki 1500 koleksi buku. Pada tahun itu pula, Perpustakaan NU telah memiliki tempat yang lumayan bagus. Meski masih bersatus sewa, sebuah gedung di Jalan Kuningan Barat, Mampang Selatan, Jakarta Selatan, didaulat menjadi tempat Perpustakaan NU berikutnya.

Tak hanya itu, perpustakaan kecil nan sederhana ini sudah mulai dikenal sekaligus diminati para peneliti asing. Sebut saja Andree Feillard (Jerman)—penulis buku NU vis a vis Negara yang terkenal itu, Greg Barton, Greg Fealy (Australia), Martin Van Bruinsen (Belanda), Douglas Ramage (AS), Mitsuo Nakamura (Jepang), pernah mengisi daftar pengunjung Perpustakaan NU. (bersambung)


Terkait