Warta

Hasyim Nilai Nuansa Politik Bom Bali II Kuat

Senin, 3 Oktober 2005 | 01:46 WIB

Malang, NU Online
Aksi pengeboman di Bali yang menewaskan puluhan orang dan melukai lebih dari seratus orang tersebut merupakan tindakan yang tidak berperikemanusiaan dan harus dikutuk keras. “PBNU menyesalkan dan mengutuk tindakan pelaku pembom Bali karena tindakan itu tidak berperikemanusiaan dan mengenai orang-orang yang tidak ada sangkut pautnya dengan mereka” tandas Hasyim Muzadi.

Menurut dugaan Hasyim di kompolek Ponpes Al Hikam Malang di Jl. Cengger Ayam saat mengadakan haul ayahnya H. Muzadi hari Minggu, bahwa kemungkinan tindakan Bom Bali yang terjadi lebih banyak bernuansa politik daripada nuansa agamanya.

<>

“Tanpa mendahului penyelidikan dan investigasi dari fihak aparat tentang motifnya, saya punya feeling bahwa ini lebih banyak bermotif politik daripada bermotif agama,” tandasnya.

Karakter pengeboman kali ini berbeda dengan aksi sebelumnya, ”Tapi feeling saya, kalau dulu itu dalam konteks masalah hubungannya dengan Amerika, itu ada kecenderungan berkarakter agama. Kalau sekarang saya kira lebih banyak berkarakter politik. Karena kekacauan-kekacauan yang ada di Indonesia,” paparnya.

Bom Bali II kali ini lebih bernuansa poltik karena indikator pertamanya adalah besarnya ekslusifitas tidak sebesar dulu. “Ada unsur-unsur kimianya yang tidak harus ke luar negeri. Lalu indikasinya lagi berdekatan dengan kenaikan BBM. Mungkin ini segi pengacauan yang bersifat mempanikkan keadaan serta korbannya tidak langsung menuju ke orang asing,” ujarnya.

Selanjutnya Hasyim juga meminta kepada warga NU terutama di wilayah Bali agar secara bersama-sama menolong korban dan melakukan apa saja untuk meringankan beban mereka.

Aksi Pemboman Harus Dilawan

Sikap yang senada terhadap pengeboman tersebut juga diungkapkan oleh Mantan Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid yang biasa dipanggil Gus Dur. Menurutnya aksi itu merupakan tragedi kemanusiaan yang tidak bisa dilupakan oleh sejarah. “Apapun alasannya aksi pemboman tersebut harus dilawan,” katanya saat menghadiri malam keprihatinan di Bundaran HI Minggu malam.

Ketika ditanyakan apakah intelejen kecolongan, Gus Dur menjawan bahwa yang kecolongan adalah bangsa,” Yang kecolongan adalah bangsa, bukan pemerintah,” tuturnya. Namun demikian, Gus Dur tak mau berkomentar siapa yang bersalah atas kejadian tersebut.(mkf/dc)


Terkait