Warta

Hasyim: Semoga Presiden Tak Hanya Menginap di Gunung Kelud

Rabu, 24 Oktober 2007 | 08:30 WIB

Jakarta, NU Online
KH Hasyim Muzadi berharap, kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Gunung Kelud, Kediri, Jawa Timur, bukan kunjungan seremonial belaka. Kunjungan Presiden ke gunung yang kini berstatus “Awas” tersebut, katanya, harus memberi manfaat, terutama bagi para pengungsinya.

“Semoga saja (Presiden Yudhoyono, red) tidak hanya menginap. Mudah-mudahan kunjungannya ke sana efektif,” pungkas Hasyim yang juga Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kepada wartawan di Kantor Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Rabu (24/10).<>

Seperti diberitakan, Presiden Yudhoyono hari ini dijadwalkan bertolak ke Jatim untuk memantau secara langsung perkembangan aktivitas Gunung Kelud, sekaligus melihat kondisi warga yang mengungsi. Berdasarkan informasi Biro Pers Istana Negara, Presiden berangkat ke Jatim pada pukul 11.30 WIB, Rabu (24/10).

Kunjungan Presiden akan dilakukan setelah membuka acara pertemuan pendahuluan tingkat menteri United Nation For Climed Changed Conference (UNFCCC) di Istana Bogor, Jawa Barat. Direncanakan, Presiden juga akan menginap di tempat pengungsi.

Kepada wartawan, Hasyim juga mengusulkan pada pemerintah beberapa upaya penanganan para pengungsi Gunung Kelud. Di antaranya, pendekatan yang dilakukan oleh sahabat Ansor terhadap sahabat Muhajirin seperti pada zaman Rasululah dengan memberikan mereka tempat tinggal dan kebutuhan lainnya.

“Satu kepala keluarga NU bisa menampung satu kepala keluarga pengungsi sementara, untuk makannya ditanggung pemerintah,” kata Hasyim yang juga mantan Ketua Pengurus Wilayah NU Jatim itu.

Menurutnya, saat ini, Pengurus Cabang NU Kediri dan Blitar beserta jajaran di bawahnya sedang melakukan pendataan keluarga mana saja yang siap untuk membantu memberikan tempat tinggal bagi para pengungsi.

Ia menggambarkan betapa kompleksnya persoalan yang dihadapi pengungsi sehingga harus disediakan tempat penampungan bagi ribuan orang dalam satu lokasi, mulai dari toilet, tempat penyaluran kebutuhan biologis bagi suami-istri, dan lain-lain.

Bila hal-hal penting tersebut tidak dipenuhi, ujarnya, maka akan menyebabkan stres dan depresi bagi para pengungsi, seperti yang terjadi di lokasi pengungsian korban lumpur Lapindo, di Sidoarjo, Jatim.

Dengan pendekatan ini, tambahnya, pemerintah juga tak perlu membangun sarana dan prasarana yang memerlukan biaya mahal, karena hal ini sudah dibantu oleh para penduduk yang tidak terkena bencana. (rif)


Terkait