Warta

Hasyim: Syuriyah NU Hadapi Serangan Luar Biasa

Senin, 1 Februari 2010 | 12:31 WIB

Cirebon, NU Online
Ketua Umum (Tanfidziyah) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi berharap Muktamar ke-32 NU di Makassar dapat kembali menyatukan kekuatan ulama dalam barisan Syuriyah NU. Muktamar 2010 ini diharapkan menjadi pijakan kebangkitan para ulama (nahdlatul ulama).

Saat memberikan taushiyah dalam penutupan kegiatan Bahtsul Masail Pramuktamar di Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon, Ahad (31/1) malam, ia mengingatkan, adanya serangan ekstrimisme dari luar yang tidak mungkin diatasi oleh Tanfidziyah.<>

“Syuriyah kita menghadapi serangan yang luar biasa. Serangan ektrimisme, baik dari kanan dan dari kiri ini tidak bisa diserahkan pada tanfidziyah, harus oleh syuriyah,” katanya dihadapan ribuan warga Nahdliyin dan para santri yang hadir dalam acara penutupan kegiatan pra muktamar itu.

Ekstrimisme pertama atau ekstrim kanan disebutnya sebagai tathoruf tasyaddudi yang menjelma dalam gerakan Wahabi, Hizbut Tahrir, Majelis Mujahiduin, dan Jamaah Tabligh. Manhaj atau metode berfikir yang dianut oleh gerakan-gerakan garis keras ini tidak sesuai dengan apa yang telah digariskan para ulama NU

Sementara ektrim kiri disebut tathoruf tasahuli yakni liberalisme yang merongrong agama dari dalam. “Mereka ini mengganggu tauhid, mengganggu syariat dan ini lagi-lagi tidak bisa diserahkan pada tanfidziyah, harus oleh syuriyah,” katanya.

Menurut Hasyim, dalam struktrur kepengurusan NU, ulama berada dalam posisi syuriyah. Ruh NU ada di tangan ulama. Maka ulama diharapkan berkumpul kembali di bawah syuriyah.

“Maka tidak tidak bisa lain, dalam muktamar ke-32 NU harus melakukan taqwiyah (penguatan: red) di dalam majelis syuro yang dinamakan syuriyah ini,” kata pengasuh pesantren Al-Hikam ini.

“Di mana-mana boleh saja tapi tetap kembali ke NU, tidak menetap di tempat lain yang akhirnya bukan jadi ulama kita yang di sana, tapi orang sana yang jadi ulama di sini,” katanya.

Hasyim menambahkan, ulama yang berada dalam majelis syuro atau syuriyah ini haruslah yang aktif dan agresif. Karena dua gerakan ektrim tadi mempunyai pola kepemimpinan, sistem, peranan yang cukup kuat dan gerakan mereka bersifat internasional.

“Kalau kita hadapi dengan pasif akan habis generasi kita, kita akan jadi maf’ul bih. Karena dua ketrim tadi sudah masuk ke rumah kita. Tidak hanya di ruang tamu, tapi juga di ruang makan dan dapur NU. (nam)


Terkait