Warta

Kalangan Tua dan Muda Perlu Segera Berdialog

Sabtu, 8 Juli 2006 | 07:11 WIB

Jakarta, NU Online
Perbedaan pemikiran antara kalangan tua dan muda Nahdlatul Ulama yang akhir-akhir ini sering bertubrukan perlu segera diatasi. Mereka perlu segera bertemu dan berdialog. Jika tidak, warga nahdliyyin akan bersibuk diri memikirkan perbedaan dan melupakan hal-hal penting yang mesti segera dikerjakan.

Demikian mengemuka dalam Halaqoh II Pra-Musyawarah Nasional Alim Ulama (Munas) dan Konferensi Besar PBNU (Konbes) bertema “Meneguhkan Kembali Khittah NU 1926” di Jakarta, Sabtu (8/7). Sesi pertama halaqoh khusus membincang persoalan Fikrah Nahdliyyah atau kerangka berfikir NU.

<>

Mukhlas Hasyim, utusan dari PWNU Jawa Tengah, meminta para kiai sepuh lebih memahami bahasa kaum muda nahdliyyin. Menurutnya, selama ini kalangan tua terkesan mengambil jarak dengan kalangan muda. Sementara kaum muda lebih senang berdialog di media massa.

“Padahal yang muda mempunyai jaringan kuat dan tulisan-tulisan yang bagus di media massa atau dalam bentuk buku,” kata Mukhlas Hasyim saat memberikan komentar atas dua pembicara, KH. Ma’ruf Amin dan KH. Maghfur Utsman.

Sependapat dengan Mukhlas, Wakil Katib Syuriyah PBNU Malik Madani meminta ada yang memasilitasi ketengangan antara kalangan tua dan muda nahdliyyin. “Agar nanti tidak ada yang terlalu konservatif dan tidak ada yang terlau kebablasan,” katanya.

KH. Zaki Anwar dari Lajnah Bahtsul Masail (LBM) PBNU malah mengusulkan adanya lembaga baru bernama “Lembaga Debat Nasional NU” yang dimotori oleh para fasilitator yang kompeten, entah dari kalangan muda atau kalangan tua. (nam)


Terkait