Warta

Pra Munas, NU Kukuhkan Kembali Komitmen NKRI

Jumat, 23 Juni 2006 | 05:05 WIB

Malang, NU Online
Menyambut Konferensi Besar (Konbes) dan Musyawarah Nasional Alim Ulama (Munas) yang akan dilaksanakan pada 27-30 Juli 2006 nanti, Nahdlatul Ulama membuka kembali perbincangan seputar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam acara Halaqoh Kebangsaan Pra-Munas/Konbes PBNU di Malang, Jawa Timur, Sabtu (24/6) besok. NU menilai, telah terjadi pengeroposan dan penggerogotan terhadap kekuatan-kekuatan inti dari pilar-pilar NKRI, yakni Pancasila dan UUD 1945.

Halaqoh bertajuk “Meneguhkan Kembali NKRI: Kajian tentang Potensi Disintegrasi   Bangsa”, mengadirkan beberapa pembicara terkait dari luar NU, antara lain Jendral TNI Purn Ryamizad Ryacudu, tokoh nasionalis Kwik Kian Gie, mantan Ketua PP Muhammadiyah Ahmad Syafi’i Ma’arif, dan tokoh media Parni Hadi. Halaqoh dibagi ke dalam empat sesi (pagi sampai malam) dan akan dibuka langsung oleh Rais Am PBNU KH. Sahal Mahfudz.

<>

Halaqoh membahas masalah kebangsaan yang akhir-akhir ini terjadi, termasuk masalah amandemen UUD 45. Pancasila juga akan menjadi pembircangan penting, menyusul maraknya upaya sejumlah kalangan yang ingin menghapus Pancasila sebagai ideologi bangsa. Melalui halaqoh ini, NU ingin meneguhkan kembali Pancasila sebagai ideologi bangsa, menjaga NKRI dan UUD 45.

“Selain itu, NU juga menilai tidak perlu adanya Peraturan Daerah (Perda) tentang penerapan syariat Islam untuk mengatur kehidupan masyarakat. Pemberlakuan syariat Islam itu tidak lebih dari pengulangan hukum yang sudah ada, sudah tertuang dalam KUHP. Yang lebih diperlukan adalah mengefektifkan peraturan-peraturan yang sudah ada itu serta optimalisasi peran aparat penegak hukum,” kata Ahmad Baso, salah seorang panitia halaqoh yang juga sebagai tim perumus.
 
NU adalah organisasi sosial-kemasyarakatan yang telah mengawal proses perjalanan bangsa ini. "Komitmen itu ditunjukkan sejak Muktamar Banjarmasin tahun 1936, Resolusi Jihad tahun 1945, pengukuhan Kepala Negara sebagai waliyyul amri ad-dharuri bissyaukah (pemegang pemerintahan sementara dengan kekuasaan penuh: Red), hingga penerimaan Pancasila dan NKRI sebagai tujuan akhir dari perjuangan umat Islam Indonesia,” demikian Baso.

Komitmen kebangsaan NU, tambah Baso, dibuktikan dari kepedulian dan komitmennya dalam memperkokoh imajinasi umat Islam Nusantara tentang “bangsa yang merdeka”. Imajinasi dan cita-cita bangsa yang merdeka itu dirumuskan ke dalam Pembukaan UUD 1945, yakni mempertahankan kedaulatan bangsa, menjaga keutuhan NKRI, menjaga ketertiban umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta menaikkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Menurut Baso, tema peneguhan kembali NKRI adalah salah satu dari beberapa tema penting yang akan di bicarakan dalam halaqoh-halaqoh kebangsaan menjelang Munas dan Konbes. Halaqoh dimaksudkan untuk mengumpulkan masukan-masukan penting yang akan dibicarakan secara seriuus dalam Munas dan Konbes akhir Juli nanti. (nam)