Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Muhammad mendesak umat Islam dengan jumlah mencapai 1.3 milyar di dunia untuk memboikot produk-produk Belanda menyususl dirilisnya film anti-Islam oleh seorang anggota parlemen Belanda Geert Wilders.
Sementara itu, seperti dilaporkan sumber AP, Ahad (30/3), pemerintah Malaysia bersama dengan komunitas internasional mengecam keras film berdurasi 15 menit itu yang dinilalinya tidak sopan dan tidak memiliki kepekaan.<>
"Jika umat Islam Bersatu, ini akan mudah untuk mengambil tindakan," kata Mahathir seperti dikutip sumber Utusan Malaysia. "Jika kita memboikot produk-produk Belanda, mereka pastinya akan menutup bisnis mereka."
Hal senada juga diungkapkan Presiden Uni Eropa yang kini dipegang Slovenia. Menurutnya, film yang berjudul 'Fitna' itu tidak memberikan manfaat apa-apa kecuali kebencian.
"Kami meyakini bahwa berbagai tindakan, seperti film yang disebut di atas, tidak membawa manfaat apa-apa selain hanya mengobarkan kebencian," katanya beberapa waktu lalu.
"Uni Eropa dan negara anggotanya menerapkan prinsip kebebasan berpendapat yang merupakan bagian dari nilai-nilai dan tradisi kita."
"Namun demikian, kebebasan ini hendaknya dilaksanakan dalam semangat menghormati agama dan kepercayaan pihak lain," terangnya.
Para menlu UE menggelar pertemuan tak resmi di Brdo, Slovenia, yang mengulangi seruan dalam bahasa yang lebih keras terhadap langkah Wilders.
"Pesan yang muncul dari Inggris adalah orang dapat dan hendaknya menggabungkan komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai kebebasan berpendapat dan sekaligus menghormati keberagaman rasial dan keagamaan," kata Menlu Inggris, David Miliband.
"Kebebasan bukanlah kebebasan sejati jika melukai orang lain. Jadi marilah kita bertindak hati-hati dalam menggunakan kebebasan kita," kata Menlu Slovenia, Dimitrij Rupel, yang menjadi tuan rumah pertemuan.
Sementara itu , Ketua PBNU Prof DR Masykuri Abdillah menyatakan penayangan film Fitna yang menghina Islam bukan hanya mengusik orang Islam, tetapi juga kelompok non Muslim yang menginginkan terjadinya perdamaian dan harmoni di dunia.
“Yang terusik bukan hanya orang Islam, tetapi juga non Muslim karena bisa berdampak munculnya kemarahan, perseteruan antara muslim dan non muslim padahal ini hanya ulah individu,” katanya kepada NU Online pekan lalu.
Karena itu, Masykuri menyatakan penghargaannya atas komitmen Komunitas Umat Beragama Indonesia (KUBI) yang terdiri dari pimpinan NU, Muhammadiyah, KWI, PGI dan lainnya untuk menolak atau menghimbau agar film ini tidak disebarluaskan.
“Ini untuk menunjukkan bahwa perbuatan itu tidak kondusif bagi upaya mewujudkan perdamaian dunia, harmoni antar peradaban,” ujarnya. (dar)