Warta

NU Australia: Pemerintah Harus Akui Jika Ahmadiyah Jadi Agama Baru

Sabtu, 24 Mei 2008 | 12:54 WIB

Canberra, NU Online
Menjadikan Ahmadiyah sebagai agama baru dan berada di luar Islam, sebagaimana tuntutan sebagian kalangan, sulit diwujudkan. Namun, jika hal itu terjadi, konsekuensinya, pemerintah pun harus mengakui Ahmadiyah sebagai agama resmi di Indonesia.

Demikian disampaikan Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Australia-Selandia Baru, Dr Nadirsyah Hosen. Ia mengatakan hal itu saat menjadi narasumber pada diskusi bertajuk “Masjid Kami Dibakar: Konstitusi, Kepercayaan dan 100 Tahun Kebangkitan Nasional” di kampus Universitas Nasional Australia (ANU), Canberra, Jumat (23/5) kemarin.<>

Nadirsyah yang juga Dosen Fakultas Hukum Universitas Wolongong, Australia, itu menjelaskan, konsekuensi lain jika Ahmadiyah menjadi agama baru, maka harus memberikan perwakilan mereka di Departemen Agama.

“Kasus seperti Ahmadiyah, di mana suatu kelompok dianggap sesat, tidak hanya terjadi di Islam, tapi juga banyak di agama lain. Kalau ini terjadi pada Ahmadiyah, pemerintah akan dihadapkan pada persoalan serupa pada agama lain,” terang Nadirsyah seperti dilaporkan Kontributor NU Online, Alimi.
 
Hal senada diungkapkan Ismatu Rafi, mahasiswa doktoral program Asian Studies, ANU. Menurutnya, dalam sejarah Islam pun telah muncul banyak tuduhan-tuduhan sesat terhadap suatu kelompok seperti Mu’tazilah, Khawarij dan sebagainya. Namun, tidak pernah ada perintah atau usulan bagi mereka untuk membentuk agama baru.

“Karena itu, kendati memang tugas Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk memberi fatwa, sungguh tidak tepat mengeluarkan fatwa tentang kesesatan Ahmadiah,” ujar Rafi.

Wakil Ketua PCINU Australia-Selandia Baru, Yasir Alimi, mengatakan, kalau Ahmadiyah menjadi agama baru, maka jumlah muslim Indonesia bisa jadi akan berubah dari 80 persen menjadi 40 persen. “Indonesia tidak akan lagi disebut the largest Muslim population in the world (negara berpenduduk muslim terbesar di dunia),” tandasnya.

Helen Musa, salah seorang jamaah Ahmadiyah yang hadir dalam diskusi itu, membantah tuduhan sebagian kalangan. Menurutnya, pengikut Ahmadiyah juga orang Islam yang mengakui Tidak Ada Tuhan Selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah (Syahadat).

“Kitabnya juga Al-Quran, Nabi juga Muhammad, kiblatnya juga Mekah, salatnya juga sama, juga mengerjakan haji bila mampu,” ungkap perempuan Australia yang juga mantan jurnalis senior Canberra Times itu. (rif)


Terkait