Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI NU) Mesir mendapat kehormatan dari pemerintah setempat. Pasalnya, PCI NU diundang untuk hadir pada sidang isbat penentuan 1 Ramadhan 1429 H pada Sabtu (30/8) malam waktu setempat.
Sidang isbat Darul Ifta’ (Majelis Fatwa) Mesir itu diselenggarakan di gedung Azhar Conference Center (ACC), Nasr City, Kairo. Hadir, antara lain, Grand Syeikh al-Azhar Muhammad Sayyed Thanthawi, Menteri Wakaf Mesir Dr Mahmud Hamdi Zaqzuq, mantan Mufti Mesir, Dr Nashr Farid Washil, Gubernur Kairo Abdul Adzim Wazir.<>
Acara yang disiarkan langsung beberapa stasiun televisi di Mesir itu berlangsung singkat. Pembacaan ketetapan awal Ramadhan 1429 H oleh Mufti Mesir, Dr Ali Jum’ah.
“Darul Ifta’ menugaskan sejumlah tim ahli untuk melakukan pemantauan kemunculan hilal (bulan sabit) Ramadhan di berbagai titik strategis Mesir pada Sabtu sore tadi (30/8). Dari hasil pemantaun tersebut membuktikan bahwa hilal awal Ramadhan belum terlihat. Maka, awal Ramadhan jatuh pada Senin, bertepatan dengan tanggal 1 September 2008. Dengan demikian, bilangan Sya’ban digenapkan 30 hari,” papar Jum’ah, seperti dilaporkan Kontributor NU Online, M. Luthfi al-Anshori.
Sebelumnya, Jum’ah secara singkat menegaskan kembali beberapa dalil syar’i dalam proses penetapan awal Ramadhan. Di antaranya adalah Hadits Nabi yang berbunyi: “Berpuasalah jika kalian telah melihat hilal (bulan sabit Ramadhan) dan berbukalah (berhari raya) ketika kalian telah melihat hilal (Syawal). Dan jika kalian tidak melihat bulan sabit (pada hari ke-29 Sya’ban) maka sempurnakanlah bilangannya menjadi 30 hari”.
Presiden Republik Arab Mesir, Husni Mubarak, tidak datang dalam sidang itu dan diwakili Menteri Kehakiman, Mamduh Mar’i.
Dengan ketetapan ini, Mesir termasuk sebagian besar Negara Arab yang memulai puasa pada Senin, sebagaimana Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Palestina, Bahrain, Uni Emirat Arab dan beberapa Negara lainnya. (rif)