Warta

NU Online Putar Film "Nagabonar 3", Besok

Sabtu, 24 Mei 2008 | 20:40 WIB

Jakarta, NU Online
Situs Resmi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) NU Online bersama LINKI, sebuah foum diskusi sekaligus rumah produksi film, akan menyelenggarakan diskusi dan pemutaran film "Nagabonar 3" di ruang pertemuan gedung PBNU Lantai 8, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Senin (26/5) pukul 14.00 WIB.

Diskusi film dalam rangka rangkaian acara 100 Tahun Hari Kebangkitan Nasional itu akan mengambil tema ”Mengembalikan Film Indonesia ke ’Khittah 1950’” yang mengundang beberapa pegiat dan pengamat film Indonesia.<>

Menurut Ketua Palitia M Dienaldo, Film "Nagabonar 3 dipilih untuk sekedar membangkitkan tradisi perfilman di kalangan warga NU (Nahdliyyin). Film Naga Bonar itu dibuat oleh kader NU, Asrul Sani, pendiri sekaligus mantan ketua Lembaga Seniman dan Budayawan Muslim Indonesia (Lesbumi), salah satu lembaga kesenian di bawah naungan NU.

Nagabonar itu sekenario sekaligus sutradaranya adalah Asrul Sani, seorang aktivis Lesbumi. Kita ingin membangkitkan kembali semangat untuk menggeluti dunia film agar tenaga dan pikiran NU tidak terforsir untuk urusan politik saja,” kata sekjen Lesbumi itu.

Film "Nagabonar 3" itu sebenarnya bukan lah film baru. Film bertajuk ”Apa Kata Dunia” itu merupakan film lama. ” Cuma warnanya diupgrade lagi sehingga lebih bagus,” kata Dienaldo.

Film tersebut berkisah tentang realita bangsa Indonesia melawan penjajahan. Waktu Itu Indonesia penuh dengan carut marut, akan tetapi rakyatnya mampu melawan penjajahan.

”Banyak juga lucu-lucunya yang dibawakan dengan satire, bukan sekedar melawak. Dalam film itu kita seakan diajak mentertawakan diri sendiri,” katanya.

Sementara itu diskusi NU Online kali ini akan memunculkan istilah ’Khittah 1950’. Pada dekade 1948-1950 dunia perfilman Indonesia sedang semangat-semangatnya berkreasi, dan tema yang dipilih adalah selalu tentang perjuangan.

”Situasi pada zaman itu persis seperti sekarang ini. Film Indonesia dikuasai Cina, India dan kalangan Indo blesteran yang sangat kacangan, hanya untuk kepentingan dagang. Maka muncullah tiga sejoli Asrul Sani (skenario), Jamaludin Malik (sineas), Usmar Ismail (sutradara) yang bergabung dalam Lesbumi memelopori film-film perjuangan,” kata Dienaldo.

Diskusi akan menghadirkan sutradara sekaligus aktor kawakan Slamet Rahardjo Djarot, Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Titie Said, dan Rais Syuriah PBNU KH. Ma’ruf Amin. Diskusi dipandu oleh sineas NU Arief Mudatsir Mandan. (nam)


Terkait