Jakarta, NU Online
Pengalaman Nahdlatul Ulama (NU) yang sempat kewalahan dalam menangani bencana alam tak akan terulang lagi. Pasalnya, saat ini, organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia ini telah menyiapkan tiga pondok pesantren (ponpes) NU di Pulau Jawa yang siap menangani jika suatu saat terjadi bencana alam.
Tiga ponpes itu adalah Ponpes Asshidiqiyah (DKI Jakarta), Ponpes Darussalam (Magelang, Jawa Tengah) dan Ponpes Nurul Islam (Jember, Jawa Timur). Ketiganya dipersiapkan sebagai proyek percontohan dalam penanganan bencana berbasis masyarakat untuk mengurangi risiko bencana di lingkungan sekitar pesantren.
<>“Sasarannya adalah meningkatnya pengetahuan dan kemampuan pesantren dalam peningkatan kesadaran masyarakat terhadap risiko bencana dan cara menghadapinya,” terang Wakil Ketua Lembaga Pelayanan Kesehatan (LPK) NU Dr Ing Bina Suhendra di sela-sela Roundtable Discussion Kebijakan tentang Bencana di Hotel Bintang, Jalan Raden Saleh, Jakarta (22/1)
Dipilihnya tiga pesantren tersebut, menurut Bina—demikian panggilan akrabnya, karena dianggap mewakili daerah yang rawan terjadi bencana alam. “Di Jakarta kan sering terjadi banjir tahunan. Di Magelang, rawan meletusnya Gunung Merapi. Sementara di Jember rawan terjadi banjir dan longsor,” terangnya.
Menurut Bina, saat ini sedang disusun kebijakan umum yang akan dijadikan dasar pijakan bagi tiga pondok pesantren tersebut dalam menangani bencana. Community Based Disaster Risk Management (CBDRM) NU bersama DPR, pemerintah (Bakornas) dan sejumlah pakar dari Institut Teknologi Bandung tengah merumuskan kebijakan tersebut.
Kebijakan yang bersifat upaya preventif tersebut dirasa sangat penting mengingat hingga hari ini, NU belum memiliki aturan berkaitan dengan hal tersebut. Akibatnya, yang kerap terjadi adalah upaya penanganan bencana alam yang kurang menyentuh persoalan, terutama pada tataran tanggap darurat saja.
Oleh karenanya, pelibatan ponpes dalam program tersebut terutama setelah ada aturan baku dari PBNU, diharapkan ponpes dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang cara-cara efektif penanganan bencana. Selain itu, tersedianya rumusan tentang kerangka kerja teknis yang bisa menjadi sandaran organisasional NU dalam penaganan bencana.
“Akan dihasilkan juga modul-modul pelatihan penanganan bencana. Melalui basis pondok pesantren, NU bisa menyelenggarakan semacam pelatihan yang ditujukan bagi upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap penanggulangan bencana alam,” ungkap Bina. (rif)