Partai politik (parpol) Islam sulit berkembang karena hanya mengandalkan politik identitas. Demikian dikatakan Direktur Riset Lembaga Survei Indonesia (LSI) Dodi Ambardi.
Berdasarkan hasil survei, parpol yang memperhatikan kepentingan rakyat melalui program kerja lebih mendapat simpati publik. Pemilih parpol Islam juga mengalami kemandekan. Berbeda dengan parpol berbasis nasionalis yang terus mendapat dukungan.<>
"Kalau pun ada perolehan suara salah satu parpol Islam naik, itu justru berasal dari parpol Islam lainnya. Sangat sulit bagi parpol Islam menggerus suara dari parpol nasionalis," kata Dodi di Jakarta, Selasa (2/12).
Karena itu, pihaknya menyarankan parpol Islam tak mengedepankan simbol tapi nilai-nilai ke-Islam-an. Nilai-nilai ke-Islam-an tersebut harus diaplikasikan dalam realitas praktis.
Sebelumnya, Lembaga Survei Nasional (LSN) melaporkan hasil surveinya bahwa Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) dipersepsikan publik sebagai partai paling Islami.
Survei yang diungkapkan Direktur Eksekutif LSN, Umar S. Bakry, itu dilaksanakan pada 21-31 Oktober 2008 di 33 provinsi di Indonesia.
Jumlah sampel 1.230 orang yang diwawancarai secara tatap muka dan diperoleh melalui teknik multistage random sampling, dengan margin of error +/- 2,8 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Menurut temuan LSN, persentase terbesar responden (76,9%) mempersepsikan PKNU sebagai partai yang paling Islami disusul Partai Persatuan Pembangunan/PPP (75,9%). Di tempat ketiga Partai Kebangkitan Bangsa/PKB (67,3%), diikuti Partai Keadilan Sejahtera/PKS (63,9%), lalu Partai Bulan Bintan/PBB (61,5%), Partai Amanat Nasional/PAN (55,3%), Partai Bintang Reformasi/PBR (42,9%), dan Partai Matahari Bangsa/PMB (20,4%).
Menurut Umar, persepsi publik yang menempatkan PKNU di urutan pertama partai Islami cukup mengejutkan karena partai baru pimpinan Choirul Anam itu mengungguli partai-partai lama yang dikenal sebagai partai Islam seperti PPP, PKS, dan PBB.
"Sebagai partai baru, apa yang dicapai PKNU ini cukup spektakuler. Pencapaian itu juga dapat menguntungkan PKNU dalam memperebutkan segmen pemilih Islam yang jumlahnya cukup besar," katanya.
Lebih lanjut, Umar menyatakan, ada fenomena menarik, PKS yang sejak awal menobatkan diri sebagai partai dakwah hanya dianggap sebagai partai yang Islami oleh 63,9% responden. Begitu pula PBB yang gencar dengan program syariat Islam hanya dianggap sebagai partai yang Islami oleh 61,5% responden.
"Ini dapat dikatakan bahwa PKS dan PBB gagal mencitrakan dirinya sebagai partai yang mewakili aspirasi ummat Islam," katanya. (ant/rif)