Warta

PBNU Adakan Tahlil 7 Hari Bencana Jember dan Banjarnegara

Kamis, 12 Januari 2006 | 11:08 WIB

Jakarta, NU Online
Dalam rangka memperingati 7 hari bencana banjir bandang di Jember dan tanah longsor di Banjarnegara yang menewaskan ratusan orang, PBNU mengadakan sholat ghoib, pembacaan surat Yasin dan tahlil bagi mereka yang meninggal dalam bencana tersebut.

Acara dimulai pada pukul 14.00 WIB dengan sholat ghoib yang dipimpin oleh Ketua LDNU KH Nuril Huda. Selanjutnya dibacakan surat Yasin dan tahlil yang dipimpin oleh KH Saifuddin Amsir, PWNU DKI dan selanjutnya tausiyah oleh KH Hasyim Muzadi.

<>

Para jamaah memenuhi musholla yang terletak di Lt 1 Gedung PBNU. Hadir dalam acara tersebut para pengurus PBNU, lembaga, lanjah dan badan otonom. Terdapat juga anggota DPR RI dari warga NU yang turut memberikan doa bagi para korban.

Atasi Bencana Secara Komprehensif

Untuk mengatasi bencana tersebut Hasyim meminta agar pemerintah dapat mengatasi dan mengantisipasi keadaan tersebut secara komprehensif bukan hanya memberikan santunan saja. Beberapa persoalan yang harus dihadapi adalah rehabilitasi dan resetlemen bagi korban yang memerlukan tempat tinggal baru.

Untuk mencegah terulangnya kembali bencana tersebut, Hasyim meminta agar pemerintah juga memperhatikan masalah perusakan lingkungan yang menjadi penyebab berbagai bencana tersebut.

Tak lupa, pendekatan keagamaan dengan melakukan doa bersama seperti istighotsah juga sangat diperlukan. ”Dari sudut pandang agama, bencana ini mungkin peringatan bagi kita yang sudah banyak kesalahan, karena itu pendekatan keagamaan seperti istighotsah juga sangat diperlukan,” tandasnya.

Dalam ceramahnya Hasyim menceritakan saat masih menjadi ketua PWNU Jawa Timur pada tahun 1996, ia datang pada salah satu kyai di Jawa Timur yang memintanya untuk melakukan istighotsah secara bersama-sama karena Indonesia akan mengalami bencana besar. Dari situlah selanjutnya warga nahdliyyin didorong menggelar istighotsah di tempatnya masing-masing, termasuk istihgotsah kurbo.

Terbukti mulai tahun 1997 berbagai macam bencana terus berdatangan, mulai dari pembunuhan para kyai di daerah Banyuwangi dalam isu dukun santet, krisis ekonomi nasional yang tak kunjung selesai sampai sekarang, termasuk berbagai macam bencana alam.

”Ini merupakan peringatan bagi kita yang telah melakukan kesalahan kolektif. Kesalahan yang dilakukan secara bersama-sama yang akhirnya dianggap sebagai sesuatu yang lumrah dan bukan lagi kesalahan. Kita harus memperbaiki diri,” tuturnya.

Dikisahkannya bahwa umat zaman dahulu juga mengalami berbagai bencana mulai dari umatnya nabi Yusuf yang kelaparan sampai 7 tahun, Nabi Yunus yang ada dalam perut ikan hiu selama 11 tahun sampai dengan bencana yang menimpa umat Nabi Musa karena mengingkari ajaran nabinya sehingga jumlahnya tinggal 10 persen dari sebelumnya.(mkf)


Terkait