Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva bertemu para pejabat hak asasi manusia untuk membicarakan tuduhan-tuduhan bahwa Angkatan Laut Thailand membiarkan ratusan migran terkatung-katung di laut. Sementara, deputinya menyatakan tidak percaya pada berita-berita itu.
Foto-foto, cerita-cerita orang yang selamat dan laporan-laporan dari kelompok hak asasi manusia menyatakan sekitar 1.000 anggota minoritas Muslim dari Myanmar yang hanyut ke pantai Thailand akhir tahun lalu, hanya dibawa ke laut akhir tahun lalu, dan ditinggalkan dengan pangan dan air yang tidak cukup.<>
Angkatan Laut Thailand membantah tuduhan-tuduhan itu dan kementerian luar negeri akan mengusut masalah itu. Sementara, Deputi PM Suthep Thaugsuban, Senin (19/1), mengatakan, Menteri Pertahanan juga ditugaskan menangani masalah itu.
"Saya terutama menginformasikan bahwa tentara tidak melakukan hal itu. Ada beberapa foto... saya kira kita dapat menemukan kebenaran," katanya kepada wartawan.
"Saya sendiri yakin para perwira tidak melakukan seperti itu karena rakyat Thailand memiliki kemurahan hati dan kebaikan."
Deputi jurubicara pemerintah Buddhipongse Punnakanta mengatakan, Abhisit bertemu Komisi Hak Asasi Manusia Nasional dan para pejabat HAM lainnya, Senin, untuk membicarakan masalah itu.
PM itu mengemukakan kepada Komisi agar jangan cemas tentang kasus Rohingya. Katanya kepada wartawan, "Ia menugaskan semua pihak berwenang pemerintah yang terlibat untuk memberikan laporan terkini."
Penjaga pantai India sejauh ini menyelamatkan 446 orang perahu—hampir semuanya anggota kelompok etnik Rohingya dari Mynamar barat dekat perbatasan Bangladesh—tetapi para pejabat mengatakan ratusan lagi masih tetap hilang.
Para pejabat India mengatakan mereka yang selamat melaporkan mereka dipukul oleh pihak berwenang Thailand, sebelum dibawa ke laut dan terkatung-katung tanpa mesin atau peralatan navigasi dan dengan hanya beberapa karung beras.
Sekitar 200 warga asing, sebagian besar Rohingya diselamatkan dari ujung utara pulau Sumatra awal bulan ini. (afp/dar)