Adalah Abdul Hamid, Seorang warga NU yang juga guru MTs Miftahul Huda, Pucangan, Montong, Tuban, yang merasa cukup prihatin dengan konflik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), partai dengan basis massa orang NU, yang tak kunjung reda.
Namun uniknya, Abdul Hamid mengungkapkan keprihatinannya dengan cara yang unik, yaitu menulis sebuah "Hizib" berjudul "Ya Muhaimin Ya Rahman" pada sepucuk surat yang kemudian dimuat di majalah Aula NU Jawa Timur edisi Oktober 2008.<>
Dalam surat itu, Abdul Hamid menuliskan "hizib" Ya Rahman Ya Rahim dengan bait-bait kalimat yang menarik: "Ya Muhaimin Ya Rahman, kau berdua adalah duet yang serasi antara keponakan dan paman. Namun, kalian diprediksikan berseberangan lima tahun ke depan. Ya Muhaimin Ya Rahman, segeralah islah demi umat PKB ke depan. Ya Muhaimin Ya Rahman, seharusnya PKB adalah partai panutan, dan mau dikemanakan suara Nahdliyyin tahun depan. Ya Muhaimin Ya Rahman, apakah kalian tak merasa mengorbankan persaudaraan demi sebuah jabatan."
"Ya Muhaimin ya Rahman, jangan biarkan umat saling jotosan. Ya Muhaimin ya Rahman, kalian telah membuktikan, dalam politik tak ada kawan dan lawan abadan, yang ada hanya kepentingan. Ya Muhaimin ya Rahman, kuharap kalian jangan kekanak-kanakan. Ya Muhaimin ya Rahman, segeralah berjabatan tangan, selesaikan perkara jabatan, singsingkan baju raih kemenangan. Ya Muhaimin ya Rahman, cukup sekian."
Entahlah, apakah hizib Abdul Hamid ini akan mampu meluluhkan kedua kubu untuk segera berdamai sebagaimana yang ia harapkan? Kita lihat saja nanti. (atj)