Rais Suriyah NU Jateng: Hakikat Puasa Tak Tercapai Tanpa Mengaji
Selasa, 2 September 2008 | 07:57 WIB
Sesuai petunjuk Al-Quran, orang berpuasa bertujuan mencapai derajat takwa yang lebih tinggi. Namun, tujuan itu tidak serta-merta bisa didapatkan. Harus dilalui proses “mengaji” dalam pengertian luas. Tanpa itu, tujuan takwa tidak akan tercapai.
Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, KH Masruri A. Mughni, menyampaikan hal itu di kediamannya di Komplek Pondok Pesantren Al Hikmah 2, Benda, Sirampog, Brebes, Jateng, Selasa (2/9).<>
Kiai Masruri menjelaskan, mengaji dalam hal ini berarti selalu berusaha mencari tahu tentang kebaikan dan keburukan, kebenaran dan kesalahan, melalui ajaran agama. Dengan mengaji itu pula, katanya, “hati pun akan tersirami sebagai daya pendorong untuk melakukan hal-hal yang baik dan meninggalkan segala yang buruk.”
Ia mengibaratkan hal tersebut dengan gula. “Kita tahu gula itu manis, tapi seberapa besar kemanfaatannya untuk kita konsumsi, harus tahu kadar yang mesti dituangkan saat kita minum,” jelasnya.
Jika gula itu berlebuh dan tak sesuai kebutuhan, maka bisa menjadi penyakit. “Dan, itu membutuhkan pengetahuan alias ngaji dahulu berapa ukuran yang harus kita tuangkan,” imbuhnya.
Menurutnya, tantangan manusia kini dan masa lalu, pada dasarnya sama. Sehingga tidak ada alasan untuk tidak berusaha mencari tahu dengan cara mengaji. “Sejak Nabi Adam, tantangan itu sudah ada yang secara nyata dibawa setan,” ujarnya.
Tantangan itu sama saja karena sumbernya satu: setan. Maka, manusia perlu senjata untuk bisa mengusir setan. Caranya, minta perlindungan Allah. Artinya, harus terus menerus mendekat pada Allah. Lakukan perintah, baik yang wajib maupun yang sunah.
Untuk bisa berdoa dan bisa dekat dengan Allah, harus pula melalui proses ngaji. “Karya nyata tidak akan tercapai tanpa doa dan pertolongan Allah. Maka, mari kita mengaji dan perbanyak amalan di bulan Ramadhan 1429 H ini,” tandasnya. (was)