Warta

Satu Abad Ponpes Suryalaya, Jebolkan 10 Juta Lebih Santri

Senin, 29 Agustus 2005 | 03:26 WIB

Tasikmalaya, NU Online
Pondok Pesantren (Ponpes) Suryalaya di Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, 5 September 2005 mendatang genap berusia satu abad, usia yang sangat matang bagi sebuah Ponpes dalam "menjebolkan"  santri dalam menuntut ilmu Agama Islam.

Ponpes Suryalaya, yang namanya sudah melegenda tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di mancanegara itu, didirikan September 1905 oleh Syeikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad, yang lebih dikenal dengan sebutan Abah Sepuh.

<>

Ponpes yang tersohor dengan penganut Tarekat Qodiriah Naqsabandiah (TQN) itu pada awal berdirinya sempat mendapat gangguan dari penguasa yang pada saat itu Indonesia masih dijajah Belanda.

Abah Sepuh dilarang memberikan pelajaran TQN, sampai-sampai surat izin mendirikan Ponpes dicabut oleh pemerintahan kolonial tersebut, bahkan karena kesalnya dengan ’ulah’ Abah Sepuh, Belanda tak segan-segan memenjarakan Syeikh tersebut.
   
Setelah Abah Sepuh keluar dari penjara, proses belajar mengajar TQN tetap berjalan, meski dengan cara sembunyi-sembunyi. Ketika kemerdekaan tercapai, TQN dibolehkan aktif kembali dan Ponpes tersebut mendapat perlindungan pemerintah.
   
Pada 25 Januari 1956, Abah Sepuh meninggal dunia dalam usia 110 tahun. Pimpinan pesantren diteruskan oleh anaknya, KH Sohibul Wafa Tadjul Arifin, yang lebih dikenal dengan panggilan Abah Anom.
   
Abah Anom juga mengalami hal yang sama dengan ayahnya, yaitu mendapat rintangan dari kolonial Belanda. Pada masa perang kemerdekaan, Abah Anom bersama Brigjen Akil, saling bahu membahu memulihkan keamanan dan ketertiban di wilayahnya.
   
Abah Anom, yang kini berusia 90 tahun, pernah melakukan perlawanan bersenjata saat pemberontakan PKI meletus pada 1965. Atas perjuangannya Abah Anom mendapat penghargaan dari Jawatan Rohani Islam Kodam VI Siliwangi dan Gubernur Jawa Barat.
   
Abah Anom, yang lahir pada 1 Januari 1915, selama memimpin mampu mengharumkan nama Ponpes Suryalaya, bahkan ponpes tersebut mengalami kemajuan sangat pesat, yang tergambar dari para santri dan pengikut TQN yang setiap tahun terus bertambah, tidak hanya tersebar di Jawa Barat, tetapi juga di luar Jawa Barat, bahkan sampai ke luar negeri.
   
Ketua II Yayasan Pondok Pesantren Suryalaya Dudi Djumhana menyebutkan, ada 70 perwakilan Ponpes ini yang tersebar di seluruh Indonesia, dan tiga perwakilan di luar negeri, yaitu di Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
   
Di tangan Abah Anom, yang merupakan anak kelima Abah Sepuh, Ponpes maju dan berkembang. Aktivitas pendidikannya tidak hanya dalam bentuk pesantren, tetapi juga pendidikan umum yang berdasarkan azas keislaman.
   
Mulai dari pendirian Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) tahun 1977, sampai pendirian Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah tahun 1986, penyelenggaraan pendidikan umum semuanya di bawah Yayasan Serba Bakti.
   
Pondok pesantren yang banyak dikunjungi tidak hanya masyarakat biasa dari berbagai propinsi di Indonesia, tetapi para kalangan artis, pejabat, menteri bahkan presiden itu, dalam perkembangannya tidak hanya menangani agama saja, tetapi juga menjadi pusat rehabilitasi bagi orang-orang yang kecanduan narkotika.
   
Pengelolaannya ditangani badan khusus yang diberi nama Inabah. Badan ini tersebar di beberapa tempat di seluruh Jawa Barat dengan berbagai keberhasilannya menangani orang yang kecanduan narkotika.

Milad Diperingati Sederhana
    
Usia Ponpes Suryalaya yang sudah mencapai 100 tahun itu, ternyata hanya akan diperingati secara sederhana, sesuai dengan permintaan dari sesepuh, Abah Anom, yang mengingatkan kepada para ikhwan agar menghindari ungkapan kegembiraan berlebihan dan tak bermakna dalam meryakan peringatan milad seabad Ponpes tersebut.
   
"Amanah dari Abah Anom agar pada acara milad yang diisi berbagai kegiatan antara lain pameran dan bazar diperingati secara sederhana," kata KH Zaenal Abidin Anwar yang mewakili Abah Anom pada acara pembukaan kegiatan tersebut.
   
Abah Anom berpesan agar merayakan milad jangan terlalu berlebihan, tetapi ungkapan kegembiraan itu harus selaras dengan tema peringatan yang telah ditetapkan ’Dengan Seabad Pondok Pesantren Suryalaya Kita Tingkatkan Sujud Syukur kepada Allah SWT’, kata KH Zaenal Abidin.
   
Ketu


Terkait