Warta

Staf SBY Akui Lalai Antisipasi Tsunami

Sabtu, 30 Oktober 2010 | 10:39 WIB

Jakarta, NU Online
Staf khusus kepresidenan bidang Bantuan Sosial dan bencana alam, Andi Arief mengakui ada kelalaian di 12 jam pertama kejadian tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat itu. Kelalaian itu disebabkan karena hilangnya alat pendeteksi dini tsunami di perairan tersebut.

"Kita memang lalai pada 12 jam pertama sejak pukul 06.00 Wib hingga pukul 18.00 Wib ketika itu. Ada kesimpangsiuran berita dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) yang menyatakan ada indikasi terjadi tsunami. Tapi, setelah dikonfirmasi tidak terindikasi sehingga peringatan tsunami dicabut, dan ternyata terjadi tsunami,"kata Andi Arief  di Jakarta, Sabtu (30/10).

Bahkan dia mengetahui ada<>nya tsunami tersebut dari media asing. Di mana ketinggian airnya mencapai 3,4 meter - 5 meter bahkan lebih. “Kita juga mengakui keterlambatan evakuasi korban jiwa akibat transportasi yang jumlahnya terbatas,”ujarnya beralasan.

Sementara itu Mentawai kembali diguncang gempa berkekuatan 5,0 Skala Richter (SR) pada Sabtu (30/10) pagi. Menurut informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa tersebut terjadi pada pukul 07.55 WIB dan tidak berpotensi terjadi tsunami.

Pusat gempa berada pada kedalaman sebelas kilometer dan berjarak 152 kilometer barat daya Pulau Pagai Selatan, 156 kilometer darat daya Pulau Pagai Utara, 182 kilometer barat daya Pulau Sipura, dan 255 kilometer barat daya Muko-muko, Bengkulu, kata BMKG di lamannya.

Gempa susulan terus terjadi di Kepulauan Mentawai sejak terjadinya gempa berkekuatan 7,2 SR yang menimbulkan tsunami pada 25 Oktober 2010. Hingga Sabtu tercatat telah terjadi 20 gempa susulan dengan kisaran kekuatan pada 5.0 SR.

Gempa berkekuatan 7,2 SR, yang memicu tsunami pada 25 oktober 2010, telah menyebabkan 408 orang meninggal, 303 belum ditemukan, 270 orang luka berat dan 142 luka ringan. Selain itu, gempa ini menyebabkan 517 rumah rusak berat dan 204 rusak ringan. Dan, tsunami itu telah menyebabkan sekitar 23 ribu orang hingga saat ini berada di pengungsian. (amf/ant)


Terkait