Jakarta, NU Online
Ada tiga ciri utama dalam kebudayaan NU, yaitu keislaman, keindonesiaan, dan kerakyatan. Demikian disampaikan Wakil Sekretaris Jendral Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Abdul Mun’im DZ yang dipaparkan pada silaturrahim seniman budayawan NU, di kantor redaksi NU Online, lantai 5 gedung PBNU, Jakarta, Rabu (28/3).<>
Hajatan tersebut dalam rangka peringatan hari lahir ke-50 Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) Nahdlatul Ulama yang didirikan tahun 1962 di Bandung.
“Islam NU bukanlah Islam di dunia lain, bukan di Timur Tengah, tapi Islam yang Indonesia. Islam Indonesia yang selalu berpihak kepada rakyat,” tegas penulis buku Piagam Kebangsaan ini.
Abdul Mun’im menambahkan, tiga ciri kebudyaan itu tercermin dalam karya-karya orang NU. Contohnya adalah novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, Seniman asal Banyumas Jawa Tengah. Dalam novel itu tercermin penderitaan rakyat kecil.
Kepada para seniman dan budayawan muda NU, Abdul Mun’im menegaskan bahwa seniman dan budayawan NU tidak boleh berkeluh kesah dengan situasi yang ada, “Situasi memang tak pernah baik. Tapi seniman harus memberikan jalan terang. Pada situasi semacam itu pula lahir WS Rendra, Pramudya Ananta Toer, Ahmad Tohari,” ujarnya.
Hadir pada kesempatan itu, Ahmad Tohari, Rais Syuriyah PBNU Prof Dr Machasin, Ketua Ma’arif NU Masduki Baidlawi, Pemred NU Online Savic Aliel’ha, Koordinator Gusdurian Alissa Wahid, dan para seniman dan budayawan NU.
Redaktur: A. Khoirul Anam
Penulis : Abdullah Alawi