Tiga Masjid NU di Banyuwangi Sudah Diambilalih Kelompok Lain
Senin, 19 Februari 2007 | 12:18 WIB
Jakarta, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) tampaknya harus lebih waspada terhadap kemunculan gerakan, paham dan kelompok Islam garis keras yang marak belakangan ini. Karena, sedikitnya tiga masjid milik warga nahdliyin (sebutan untuk warga NU) di Banyuwangi, Jawa Timur, sudah diambilalih oleh kelompok tersebut.
“Setidaknya yang saya tahu masjid-masjid NU yang sudah diambilalih ada di Purwoharjo, Genteng dan Ketapang,” kata Muhdor Adib, Ketua Pengurus Cabang Lembaga Takmir Masjid Indonesia (LTMI) dalam perbincangan dengan NU Online di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Senin (19/2)
t;Verdana">Menurut Muhdor—begitu panggilan akrabnya—sebelum mengambilalih masjid-masjid NU, kelompok Islam garis keras tersebut awalnya mempersoalkan status hukumnya. “Awalnya mereka mempertanyakan sertifikat. Apakah masjid tersebut bersertifikat atau tidak,” terangnya.
Muhdor mengakui, hal itu memang cukup menjadi persoalan tersendiri bagi warga nahdliyin sehingga menjadi sasaran empuk bagi kelompok tersebut. Pasalnya, pada umumnya masjid-masjid yang dibangun warga NU tidak bersertifikat. “Kita tahu, kalau orang NU bikin masjid itu kan atas dasar lillahi taala (ikhlas karena Allah-Red). Jadi tidak perlu sertifikat segala,” ujarnya.
Ditambahkan mantan ketua Pengurus Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Banyuwangi itu, gerakan kelompok Islam garis keras tersebut cukup ‘cantik’ dan bahkan membuat warga simpatik. Sehingga warga tak menaruh curiga sedikit pun jika visi-misinya adalah untuk mengambilalih masjid NU.
“Mereka menjadi jamaah biasa. Setiap ada kegiatan yang diselenggarakan warga NU, mereka selalu membantu, baik membantu dana maupun tenaga. Tapi lama kelamaan mereka mulai berusaha menjadi pengurus masjid tersebut. Alasannya ingin turut ‘meramaikan’ masjid,” terang Muhdor.
Meski belum berani menunjukkan dengan jelas tujuan yang ingin dicapai, menurutnya, gerakan mereka sudah dirasa cukup meresahkan. Untuk mengatasi hal itu, pihaknya mencoba menerbitkan buletin yang berisi imbauan untuk mewaspadai gerakan kelompok Islam garis keras tersebut.
Namun demikian, lanjut Muhdor, hal yang dilakukannya belum cukup. Ia berharap kepada PBNU untuk membantu membantu mengatasi persoalan yang dihadapi warga nahdliyin di daerahnya. “Banyak masjid-masjid NU yang tidak bersertifikat. Makanya saya usulkan kepada PBNU, biar tidak diambilalih orang lain, masjid-masjid NU harus bersertifikat,” harapnya. (rif)