Wawancara

Bush Keras Kepala dan Harus Instropeksi Diri

Jumat, 10 November 2006 | 10:37 WIB

Presiden Amerika Serikat (AS), George W Bush akan kembali datang ke Indonesia untuk serangkaian kegiatan. Protes dari berbagai kelompok umat Islam pun kembali bermunculan. Front Pembela Islam (FPI), Hisbut Tahrir Indonesia (HTI) dan sejumlah organisasi lain melakukan unjuk rasa menolak kedatangan orang nomor satu di AS itu. Bahkan, mereka menyebut Bush sebagai teroris nomor satu di dunia ini. Hal itu terkait dengan kebijakan pemerintahannya yang senang perang dan memberangus negara lain, termasuk terhadap Irak.

Presiden World Conference on Religion and Peace (WCRP) yang juga Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Hasyim Muzadi pun menyikapi penolakan kalangan umat Islam di Indonesia terhadap kedatangan Bush itu. Menurutnya, Bush harus intropeksi diri melihat semakin banyaknya orang yang tidak senang terhadap dirinya. Tidak hanya di Indonesia, di negara lain di belahan dunia ini, Bush juga ditolak. ”Bus harus intropeksi diri,” katanya.

<>

Untuk mengetahui, mengapa Bush ditolak oleh kalangan umat Islam di Indonesia, wartawan situs ini, Moh. Arief Hidayat mewancarai KH Hasyim Muzadi di Jakarta, beberapa waktu lalu. Berikut petikannya:

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Sebagaimana diketahui, Presiden Amarika Serikat George W Bush akan kembali berkunjung ke Indonesia. Seiring dengan itu, berbagai kalangan umat Islam gencar melakukan unjuk rasa menolak kedatangannya. Bagaimana pendapat Anda?

Bus itu didemo tidak hanya di Indonesia. Di negara lain juga didemo oleh orang. Orang memang semakin banyak yang tidak senang kepadanya. Oleh karena itu, dia harus instropeksi diri melihat banyaknya orang yang menolak kedatangannya di Indonesia.

Apakah hal itu ada kaitannya dengan penyerangan Amerika Serikat di Irak dan standar ganda yang dilakukannya?

Ya, Bush telah menyerang Irak dengan membawa nama agama. Padahal, ujung-ujungnya yang dicarinya minyak, atau kepentingan ekonomi. Jadi orang tidak senang terhadap Bush, ya karena perang dan standar ganda yang dilakukannya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Anda mengatakan, belum tentu hadir dalam acara Bush di Indonesia. Apakah benar demikian?

Media massa hari ini menulis saya tidak akan datang dalam acara Bush. Saya luruskan, yang benar saya belum tentu datang. Saya katakan belum tentu datang, karena belum tentu juga saya diundang. Dulu, saat Bush ke Bali saya datang dan memberikan saran-saran kepadanya. Jika nanti saya benar-benar tidak datang itu juga merupakan saran kepadanya. Sebab, ketidakhadiran saya itu tentu punya makna.

Kepada berbagai media nasional, Anda bilang Bush keras kepala. Apa yang membuat dia layak disebut demikian?

Jadi, saat dia datang ke Indonesia atau Bali beberapa tahun lalu, saya telah mengingatkan, bahwa bangsa Indonesia tidak senang dengan adanya perang yang dilakukan Amerika. Namun, hingga kini tidak ada implementasinya. Amerika juga tetap menyerang Irak hingga negara itu hancur. PBNU juga telah sering kali mengingatkannya, tapi tidak pernah diperhatikan. Jangankan PBNU, PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) juga telah memperingatkannya, tapi tidak digubris. Karena itulah, saya menyebutnya keras kepala.

Apakah dengan demikian NU memusuhi Amerika?

Posisi NU tidak memusuhi Amerika dan negara manapun, tapi NU tidak menyetujui dan menetang ketidakadilan. Kita tidak melakukan pemihakan kelompok, tapi melakukan pemihakan kebenaran. Secara nasional dan internasional, NU berjuang menegakkan perdamaian tanpa kekerasan. Oleh karenanya, NU menentang terorisme, baik bersifat perorangan, kelompok, atau terorisme negara. NU berjuang agar Indonesia bebas dari terorisme, demikian juga perjuangan internasional NU.

Bisa dibuktikan bahwa NU tidak memusuhi Amerika?

Ketika Amerika diserang tragedi 11 September, NU merupakan organisasi Islam pertama yang datang ke Amerika Serikat untuk menyatakan bela sungkawa atas musibah yang menimpa negara itu. Kita melihat Ground Zero di bekas gedung WTC yang hancur, serta sebagian komplek Pentagon yang rusak.

Ketika kita mendengar Amerika Serikat akan menyerang Irak (sebagai sebuah negara berdaulat), maka kita pun menentang keras rencana itu. Karena penyerangan terhadap negara Irak tidak hanya urusan Amerika dan Saddam Husein, tapi menyangkut keselamatan seluruh bangsa Irak, bahkan perdamaian dunia. NU segera menggalang kekuatan moral untuk mencegah serangan tersebut bersama-sama kekuatan lintas agama di Indonesia serta mencari dukungan ke Vatikan dan Parlemen Eropa. Tetapi sayang, perjuangan ini tidak berhasil sehingga rakyat Irak dalam kekacauan dan penderitaan.
 
Ketika Australia menjadi korban bom Bali pertama, NU mengutuk terorisme dan datang ke Australia memberikan penghormatan dan bela sungkawa kepada korban di pemakaman para korban di Melbourne. Ketika Bush datang ke Indonesia (di Denpasar Bali ), NU menyampaikan beberapa pertanyaan, antara lain mengapa Amerika Serikat tidak segera keluar dari Irak, mengapa Amerika menggunakan standar ganda untuk masalah


Terkait