PBNU: Dunia Bertanggung Jawab atas Kezaliman Israel terhadap Palestina
Senin, 29 Juni 2020 | 12:30 WIB
Dalam catatan sejarah, NU selalu berpihak kepada Palestina. Tak pernah berubah dan bergeser sedikit pun. NU membantu secara material dan moral untuk Palestina. Secara material misalnya, pada tahun 1938, warga NU iuran untuk membantu Palestina. Dan itu dilakukan hingga kini.
Secara moral, NU selalu menyampaikan pembelaan atas kezaliman Israel terhadap Palestina. Terbaru, PBNU menegaskan bahwa aneksasi Israel terhadap Tepi Barat, negara bagian, Palestina, itu tidak dibenarkan.
Tokoh-tokoh NU semisal KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan KH Ahmad Mustofa Bisri pernah melakukan upaya mendukung Palestina secara halus. Gus Dur membela Palestina dengan berusaha membangun hubungan dengan Israel. Sementara Gus Mus pernah mengundang sastrawan untuk membaca karya sastra Palestina.
Walhasil, dalam bahasa Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj antara NU dan Palestina adalah qulubuna ma’ahum. Hati dan pikiran NU bersama orang-orang Palestina.
Karena, menurut Kiai Said, umat Islam Indonesia dan Palestina memiliki sejarah panjang. Tokoh Palestina merupakan orang pertama menyampaikan selamat atas kemerdekaan Indonesia, yakni Syekh Amin Al-Husaini.
“Jadi, malah dulu yang pertama kali, tokoh dunia internasional mengucapkan selamat atas kemerdekaan tahun 1945 itu Amin Al-Husaini, mufti Palestina. Kemudian Gamal Abdul Naser dari Mesir. Kemudian Raja Maroko Muhammad Al-Khamis juga mengucapkan selamat kepada Bung Karno,” jelas Kiai Said di gedung PBNU, Jakarta, Sabtu (27/6) ketika berbincang tentang undangan Palestina kepadanya.
Untuk mengetahui tentang undangan tersebut, hubungan Indonesia dan Palestina, dan sikap negara-negara Arab, Abdullah Alawi dari NU Online mewawancarainya. Berikut petikannya:
Awal pekan lalu, Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair al-Shun datang ke PBNU, tujuannya mengundang kiai untuk berbicara perdamaian. Kenapa Kiai bersedia memenuhi undangannya?
Bismillahirrahmanirrahim…., pada hari Selasa tanggal 23 Juni, PBNU kedatangan tamu Dubes Palestina yang ada di Indonesia yang ada di Jakarta bernama Syekh Zuhair al-Shun, mengantarkan surat undangan dari hakim senior negara Palestina, kalau di kita barangkali Mahkamah Agung ya, kalau di kita, qudlaul qudla yang senior, yaitu Syekh Mahfud Al-Habbas, yaitu meminta saya agar ikut bergabung berbicara tentang perdamaian dan melawan ihtilal, pendudukan Israel, dengan melanggar kesepakatan PBB berkali-kali, tetapi Israel tetap bandel, tidak mendengar, tidak menggubris, tidak menghargai keputusan-keputusan Dewan Keamanan PBB.
Sekarang malah Yerusalem diputuskan menjadi ibu kota Israel. Dan ada lagi keinginan aneksasi Tepi Barat. Coba, Tepi Barat yang kecil itu, yang sekarang haknya Palestina, terutama Partai Fattah di situ, kalau Hammas di Gaza, itu mau dicaplok juga.
Maka qadiul qudha Palestina, Syekh Mahfud Al-Habbas mengajak beberapa tokoh dunia, berkumpul, muktamar, tatapi melalui Zoom, yaitu pada hari Senin, 29 Juni pukul 19. Saya diminta untuk ikut berbicara, diminta untuk berbicara diberi waktu 5 sampai 7 menit untuk berembuk atas nama organisasi Islam Nahdlatul Ulama.
Apa yang akan Kiai sampaikan pada muktamar itu?
Kita sudah jelas, sikap kita seperti pemerintah Indonesia sendiri yang sangat jelas, tegas, menentang pendudukan, menentang penjajahan, menentang kezaliman. Tiap hari korban berjatuhan, bergelimpangan. Anak-anak kecil, orang tua, ibu-ibu, perempuan karena memang Palestina tidak punya tentara.
Adanya intifadah. Intifadah itu gerakan masyarakat lempar-lempar, ramai-ramai begitulah, yang dilawan tank baja, panser. Itu pun mereka masih tega-teganya, tiap hari korban berjatuhan sampai meninggal dunia, banyak sekali, anak kecil, remaja, melempar batu dari jauh. Itu hampir tiap hari ada yang meninggal dunia.
Sikap NU sejak berdiri sampai sekarang bagaimana?
Jelas, Israel kan hadiah dari Perdana Menteri Inggris sehingga kedatangan Israel adalah duri di tengah daging. Di sekeliling dunia Arab, di tengah-tengah ada Israel. Israel itu durinya. Dari duri itulah sehingga terjadilah fitnah, berbagai macam fitnah. Satu sama negara Arab perang saudara, menyikapi Israel kadang-kadang, bukan kadang-kadang, sering terjadi sebab pertengakaran antara negara Arab sendiri. Begitu kalau ada terjadi berkali-kali perang dibecking negara besar.
Tahun 73 bulan Oktober itu, Mesir itu menang, tapi Mesir berhenti, menghentikan peperangan karena Mesir tahu, Presiden Anwar Sadat tahu tentara Amerika datang, langsung, bukan hanya penasihatnya atau instruktur, bukan, datang pasukan. Mesir sudah stop, bukan lawan kita. Tapi kalau, seandainya hanya Israel saja, Mesir berani. Itu menang waktu itu, tanggal 10 Oktober tahun 73.
Hubungan dunia Arab secara umum dengan Indonesia bagaimana?
Jadi, malah dulu yang pertama kali, tokoh dunia internasional mengucapkan selamat atas kemerdekaan tahun 1945 itu Amin Al-Husaini, mufti Palestina. Kemudian Gamal Abdul Naser dari Mesir. Kemudian Raja Maroko Muhammad Al-Khamis juga mengucapkan selamat kepada Bung Karno.
Jadi, hubungan Indonesia dengan negara-negara Arab itu sudah lama, sama-sama waktu di bawah penjajahan, kolonialis, maka Bung Karno, Gamal Naser, dan Presiden Tito dari Yugoslavia, membangun, membentuk negara-negara nonblok (GNB), itu idenya Bung Karno, Gamal Naser, dan berperan waktu itu. Sangat berperan. Sangat disegani beridirinya negara-negara nonblok itu.
Kemudian konferensi Islam Asia Afrika, Bung Karno mengadakan KIAA itu di Bandung. Bagaimanapun kita hargai upaya-upaya yang telah dijalankan Presiden Gamal Naser, Presiden Hafid Asad ketika berhadapan dengan Israel walaupun belum sukses, belum berhasil.
Strategi dan harapan NU untuk membela Palestina bagaimana?
Yang kita harapkan, senjata yang paling ampuh bagi negara-negara Arab, bagi negara-negara Arab senjata yang paling ampuh itu bukan nuklir, tapi bersatu, wihdatus shaf. Kalau negara-negara Arab dari Irak sampai Maroko itu akur, kur…kur…. kur…, menang melawan Israel. Senjata yang ampuh itu.
Bukan nuklir, bukan bom atom. Coba kalau negara-negara Arab itu bersatu…wah…, enggak pernah bersatu, enggak pernah bersatu sejak bubarnya khilafah, negara-negara Arab menjadi nation state, sekarang akur, besok perang. Nanti akur, besoknya perang lagi. Mesir-Libya, Suriah-Yordania, Irak-Kwait, enggak pernah akur. Sekarang Saudi-Yaman .
Kenapa sikap NU seperti tidak kelihatan dalam membela Palestina?
Siap bilang? Kelihatan, ah… sikap kita selalu kalau muktamar kalau merekomendasikan untuk luar…. Gus Dur pernah mencoba menjadi juru damai, yang beliau masuki Shimon Peres Institute. Bukan Gus Dur berarti bersimpati kepada Yahudi, bukan, mencoba, mencoba, Israel itu kayak apa, ikut nangani perdamaian Israel Palestina, negara-negara Arab, lalu bergabung dengan Shimon Peres Institute, walaupun kedua-duanya meninggal dunia belum ada hasilnya. Shimon Peres meninggal, Gus Dur wafat, belum ada buahnya.
Bagaimana pendapat Kiai tentang sikap pemerintah Indonesia terhadap Palestina?
Saya hargai terutama sikap Ibu Retno Marsudi (Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, red.) yang tegas, jelas, dengan bahasa yang sangat lugas keberpihakannya terhadap Palestina. Dan kepada seluruh bangsa Indonesia, tidak semuanya, karena bangsa Palestina tidak semuanya Islam, mari kita bersikap, tidak boleh bergeser, bersama Palestina, untuk merebut hak-haknya.
Palestina bangsa yang kecil, tidak pernah punya dosa, tidak pernah nyerang siapa-siapa, tidak pernah berbuat apa-apa, dia tak pernah menjajah siapa-siapa, selalu dijajah, dizalimi, diganggu, padahal Palestina tidak pernah mengganggu orang.
Palestina itu tak pernah mengganggu siapa pun, bangsa mana pun, palestina itu bangsa kecil, lha kok malah dizalimi terus. Dunia harus bertanggung jawab. Masyarakat dunia internasional harus ikut bertanggung jawab atas kezaliman yang kita tonton tiap hari kepada orang-orang Palestina. (*)