Wawancara

Menpora: Potensi Santri di Bidang Olahraga Mesti Didorong

Ahad, 23 April 2017 | 00:02 WIB

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi dalam kunjungannya di Pondok Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan Surakarta, Jawa Tengah, belum lama ini (14/4), mengungkapkan harapannya akan potensi para santri, khususnya di bidang olahraga.

Pria yang pernah menjadi santri di Pesantren Al-Kholiliyah An-Nuroniyah Demangan Bangkalan itu juga menyampaikan pemikirannya tentang masa depan Liga Santri Nasional (LSN), sebuah kompetisi sepak bola yang diikuti tim dari pesantren se-Indonesia, agar dapat terus berjalan dalam jangka waktu yang lama. Berikut wawancara Miftahul Abrori dan Ajie Najmuddin dari NU Online:

Pak Menteri ke sini (Al-Muayyad,red) dalam rangka apa?

Pertama saya ingin sowan Kiai Rozaq (pengasuh pondok,red). Beliau guru kita. Beliau yang terus menasihati santri untuk terus beramal baik di tengah masyarakat. Saya ingin sowan, ngalap berkah, sekaligus minta nasihat dan doa dari beliau, agar tugas saya di pemerintahan, tugas Mas Hanif (Menteri Ketenagakerjaan,red) selaku alumni Al-Muayyad mendapatkan kemudahan dan kemurahan dari Allah SWT. Disamping saya juga ingin memotivasi santri. Bahwa santri tidak boleh minder, tidak boleh berkecil hati, tapi harus menjadi yang terbaik. Karena di sini dididik kedisiplinan, ketaatan, ilmu, ibadah, sampai akhlakul karimah dan interaksi yang terus-menerus antara santri dan kiai.

Kultur NU dan juga santri yang melekat pada Anda, apakah berpengaruh ketika menjadi seorang pejabat?

Saya masih berpegang teguh pada salah satu doktrin Al-Mawardi. Bahwa siapa pun, pasti suatu saat akan mendorong semua kebijakannya, dan berusaha membentuk karakter atau mentalnya itu sesuai dengan apa yang pernah ia terima dalam pendidikan, dari keluarga, masyarakat, dan tradisinya. Itu juga yang memberikan semangat kepada saya, bahwa potensi pesantren, potensi Nahdliyin, potensi umat Islam harus diberi tempat yang baik. Tidak lagi berlaku diskriminatif pada bidang tertentu, apalagi bidang olahraga. Karena olahraga itu sesungguhnya berlaku universal, berlaku kepada siapa pun, termasuk berlaku untuk pondok pesantren. Makanya saya dorong. Salah satu program saya, Liga Santri, menurut saya ini wadah yang bagus untuk melihat potensi santri di bidang sepakbola. Belum di bidang yang lain. Kalau di bidang yang lain mungkin masih banyak lagi.

Terkait LSN, bisa dijelaskan secara singkat, konsepnya mulai tahun 2016 hingga tahun yang akan datang?

Tahun 2016, LSN dikelola sepenuhnya oleh RMI PBNU, sebagai tindak lanjut antara PBNU dan Kemenpora. Kita berharap, ke depan ini bisa dikelola lebih baik, lebih profesional, dan lebih memungkinkan bagi keterlibatan pihak swasta ataupun sponsor. Tidak hanya bergantung pada APBN. Karena kalau hanya bergantung pada APBN, maka harus betul-betul diikuti secara detail sesuai dengan prosedur negara. Tetapi kalau memberi ruang yang luas kepada swasta sponsor, ini tidak hanya menjadi lembaga operator sepak bola musiman ketika Menporanya saya. Tapi sepanjang masa. Ini harus menjadi operator sepakbola, khusus untuk para santri.

Seandainya menterinya bukan Anda, apakah LSN tetap lanjut?

Saya berharap ini dilanjutkan selama-lamanya karena pesantren tumbuh berkembang sejak dahulu sampai selamanya

Ada jebolan LSN yang dipanggil pelatih timnas Indra Sjafri, apa ini juga menunjukkan santri memiliki potensi untuk masuk dalam timnas?

Saya sangat yakin itu, dan dipastikan dengan rekrutmen mantan pemain liga santri di U-19 dan semoga di masa mendatang lebih banyak lagi. Tidak hanya sepakbola, tapi juga cabang olahraga lain. Karenanya saya mendorong, harus ada pekan olahraga yang dikelola NU atau pesantren, khusus untuk itu, untuk melihat talenta luar biasa yang dimiliki santri. Tapi di sisi lain, harus ada yang bertanggungjawab menyiapkan infrastruktur keolahragaan di pondok pesantren.

Terkait pesantren dan keberagaman. Bagaimana pendapat anda tentang tugas santri dalam menjaga keragaman?

Tugas santri adalah menjaga Indonesia yang ada hari ini, tetap menjadi Indonesia. Tidak boleh digeser-geser dan tidak boleh digoyang, karena ini takdir yang harus kita rawat. Merawat itu harus dikaitkan dengan budaya yang kita miliki. Begitu pula cara santri dalam melakukan dakwah. Lakukan seperti yang nabi lakukan. Berikan kesan aman, damai, tentram dan antikekerasan. Baik dalam konteks praktik maupun dalam konteks orasi.

Tidak boleh menjelek-jelekan apalagi memfitnah, tapi mengajak kepada umat ini untuk yakin kepada pilihannya. Di situlah fungsi dogma yang selalu diajarkan para alim ulama: akhlakul karimah.

Apa pesan anda untuk santri di Indonesia dan khususnya Al-Muayyad?

Teruslah belajar yang baik, mengaji Al-Quran. Yakinlah bahwa masa depan ini milik kita dan yakinlah bahwa kita ashabul haq, kita yang akan menggerakkan kebaikan di tengah-tengah masyarakat nantinya!


Terkait