Balitbang Kemenag

Penelitian dan Penulisan Sejarah Kesultanan Nusantara

Rabu, 24 Oktober 2018 | 11:15 WIB

Penelitian dan Penulisan Sejarah Kesultanan Nusantara

Sampul buku 'Kesultanan Jambi'.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Lektur dan Khazanah Keagamaan Puslitbang LKK) merupakan salah satu unit eselon II di Lingkungan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama yang memiliki tugas penyelenggaraan litbang (Research and Development) di bidang lektur dan khazanah keagamaan. Dalam implementasinya, tugas dan fungsi Puslitbang LKK diarahkan pada penyediakan masukan kebijakan berbasis penelitian (research-based policy) bidang lektur dan khazanah keagamaan, baik pada  tataran perumusan kebijakan (policy formulation), implementasi kebijakan (policy implementation), efek kebijakan (policy effect), maupun pada tataran keluaran kebijakan (outcome policy).

Dalam konteks pelaksanaan tugas ini, secara konstitusional, terdapat sejumlah konstitusi yang mengamanatkan kepada Pemerintah dan masyarakat untuk memelihara, mengonservasi, dan mengembangkan lektur dan khazanah keagaman sebagai kekayaan bangsa dalam upayanya mencerdaskan dan menjunjung martabat bangsa Indonesia. Di antaranya, adalah amanat dari UUD 1945 (Amandemen), UU 20/2003 Sisdiknas, UU No.10/2010 tentang Cagar Budaya, UU 43/2007 tentang Perpustakaan, di samping kebijakan yang termaktub dalam Renstra Departemen (Kementerian) Agama 2009-2014,2 dan Renstra Balitbang dan Diklat Depag 2009-2014.

Dalam rangka pengembanan tugas dan amanat institusi dan kebijakan tersebut, maka Puslitbang LKK melaksanakan program penelitian, pengembangan, konservasi, dan pengomukasian lektur dan khazanah keagamaan. Pada tahun 2015, secara kategorik, Puslitbang LKK melaksanakan kegiatan  pokok berupa kegiatan penelitian dan pengembangan. 

Program penelitian pada tahun 2015 meliputi Penelitian dan Penulisan Sejarah Kesultanan/Kerajaan Islam; Penelitian Rumah Ibadah Kuno; Inventarisasi Karya Ulama Nusantara; Ekplorasi dan Konservasi Manuskrip Keagamaan; Studi Preservasi Naskah Klasik Keagamaan Nusantara Asean (Preservation Study of Religious Manuscripts in the Asean Countries); Tahqiq Naskah Klasik Keagamaan; Penelitian Seni Budaya Keagamaan; Tadqiq (Evaluasi) Buku Pelajaran Pendidikan Agama.

Sementara, program pengembangan, Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan pada 2015 meliputi Penerjemahan Al-Qur’an ke dalam Bahasa Daerah; Penyusunan Laman atau Web Naskah Klasik Keagamaan; Penyusunan Thesaurus Manuskrip Keagamaan Nusantara; Penyusunan Katalog Karya Ulama Nusantara; Penyusunan Katalog Naskah Klasik Keagamaan.

Sedangkan program sosialisasi yang dilaksanakan Puslitbang LKK tahun 2015 di antaranya adalah International Symposium on Religious Literature and Heritage; Rakernas Budaya Nusantara Keagamaan; Temu Peneliti Nasional, dengan tema Memantapkan Profesionalitas Peneliti dalam Era Kompetisi Global; Penerbitan jurnal nasional Lektur Keagamaan; Penerbitan jurnal international Heritage of Nusantara.

Berikutnya, penerbitan Buletin Khazanah Keagamaan; Seminar Fundamentalism, Radicalism, Islamophobia, and the Role of Mass-Media dan International Book Expo pada Frankfurt Buchmesse Jerman; dan Partisipasi dalam pameran even penting dan strategis, seperti pada Pameran Festival Museum for Edutoursim di Yogyakarta, Pameran Festival Tantular 2015 di Sidoarjo Jawa Timur, Pameran pada AICIS 2015 di Manado.

Penelitian dan Penulisan Sejarah Kesultanan Nusantara

Persebaran Islam di dunia sejak abad 7 Masehi, termasuk di Asia Tenggara—yang dibawa oleh pedagang Arab, Gujarat, maupun pedagang Cina, serta dikembangkan melalui proses penguasaan teritorial dan kekuasaan—menyebabkan terjadinya pertumbuhan kerajaan-kerajaan Islam atau kesultanan yang tersebar di seluruh penjuru dunia, terutama di benua Asia dan Afrika.

Tak kurang dari 500 kesultanan tumbuh di Nusantara belum dikonservasi dan belum ditulis dengan baik (lengkap dan komprehensif). Kerajaan Perlak, Samudera Pasai, Deli, Serdang, Mataram, Demak, Pontinak, Banggai, Gowa, Makassar, Ternate, Tidore, dan Raja Ampat merupakan sederetan contoh kerajaan Islam yang berkontribusi besar dalam pengembangan Islam di Nusantara. Pengaruhnya yang demikian kuat terasa masih mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia hingga kini, baik dalam aspek politik, ekonomi, seni-budaya, sastra, dan adat-istiadat. 

Besarnya jumlah kesultanan dan kontribusi historiknya terhadap bangsa Indonesia kini  dan masa lalu, di satu pihak, di samping belum memadainya perekonstruksian dalam bentuk buku sejarah yang sempurna karena berbagai faktor di pihak lain, maka Puslitbang Lektur dan Khazanah Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan berupaya merekonstruksikannya dalam bentuk karya historiografik kesultanan Nusantara. Penelitian dan penulisan Sejarah Kesultanan Nusantara, yang dimulai sejak tahun 2011.

Penelitian memokus pada perkembangan Islam yang terjadi pada saat kedaulatan atau kesultanan tersebut berlangsung. Dengan mempergunakan pendekatan sejarah sosial (social history), penulisan bertujuan mengungkap, mendeskripsikan, dan merekonstruksikan apa dan bagaimana sesungguhnya perkembangan Islam terjadi di tengah era penguasaan kesultanan tertentu. 

Temuan dan Produk Akhir

Pada tahun 2015, Puslitbang LKK meneliti dan menulis empat kesultanan Nusantara, yaitu Kesultanan Sumenep Madura, Kesultanan Sintang Kalimantan Barat, Keslutanan Bima Nusa Tenggara Barat, dan Kerajaan Kotawaringin Kalimantan Tengah. Dengan demikian, penulisan sejarah kesultanan yang ditulis oleh Puslitbang LKK sejak tahun 2011 hingga 2015 sudah mencapai 22 buah kesultanan atau kerajaaan Islam. Kesultanan tersebut adalah Kesultanan Balok-Bangka Belitung, Kerajaan Balanipa Mandar-Sulawesi Tengah, Kesultanan Ternate, Maluku, Kesultanan Melayu Jambi, Kesultanan Sambas Kalimantan Barat, Kesultanan Melayu Deli Sumatera Utara, Kesultanan Banggai Palu, Sulawesi Tengah.

Berikutnya Kerajaan Islam Paksi Sakala Brak Lampung, Kesultanan Riau Lingga, Kepulauan Riau, Kerajaan Islam Hitu, Ambon, Kesultanan Serdang, Sumatera Utara, Kesultanan Cirebon, Jawa Barat, Kerajaan Indrapura, Sumatera Barat, Kesultanan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, dan Kasunanan Surakarta, Kesultanan Perlak di Aceh, kesultanan Bone di Sulawesi Selatan, Kesultanan Pasir di Kalimantan Timur, Kesultanan Sumenep Madura, Kesultanan Sintang Kalimantan Barat, Kesultanan Bima Nusa Tenggara Barat, dan Kesutanan Kotawaringin Kalimantan Tengah.

Produk fisik dalam bentuk Buku Sejarah Kesultanan sebagai out-put penelitian, paling tidak, memiliki tiga fungsi dasar. Pertama, fungsi historis-kultural yang merekonstruksi dan memperkaya khazanah peradaban bangsa (nation-cultural legacy). Kedua, fungsi pendidikan sebagai bahan ajar (buku pelajaran, sarana pendidikan) pendidikan, baik pada jenjang pendidikan dasar, menengah, maupun tinggi, serta bagi komunitas peminat sejarah Islam. Ketiga, fungsi sosio-politik untuk menghargai dan menjunjung martabat bangsa (nation dignity) di mata warga dunia disamping menjadi instrumen kultural untuk 'Connecting the Past, Present, and Future Generation' (Kendi Setiawan)