Balitbang Kemenag

Pentingnya Nilai Kepemimpinan Kepala Madrasah

Kamis, 27 September 2018 | 22:00 WIB

Pentingnya Nilai Kepemimpinan Kepala Madrasah

Kaban Diklat Kemenag, H Abdurrahman Mas'ud

Jakarta, NU Online
Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama menggelar diklat dua angkatan, yaitu Diklat Fungsional Calon Kepala Madrasah Angkatan I dan Diklat Fungsional Calon Kepala Perpustakaan Madrasah Angkatan I. Diklat ini dibuka Kamis (27/9).

Kepala Bidang Penyelenggaraan, Efa Ainul Falah melaporkan bahwa Diklat dua angkatan tersebut bertujuan untuk menyiapkan Kepala Madrasah dan Kepala Perpustakaan yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap sehingga mampu melaksanakan tugas sebagai Kepala Madrasah dan Kepala Perpustakaan secara profesional.

Diklat tersebut akan berlangsung selama enam belas hari, dari tanggal 27 September sampai dengan 12 Oktober 2018, bertempat di Kampus Diklat Kementerian Agama, Ciputat, Tangerang Selatan.

Dalam arahannya, Kepala Balitbang Diklat Kemenag, H Abdurrahman Mas'ud menekankan nilai-nilai positif dalam diri seorang pemimpin. Di antara nilai-nilai positif tersebut adalah trust, honesty, amanah, atau jujur dalam memimpin sebuah lembaga, mulai dari lembaga yang paling kecil, yaitu keluarga, hingga lembaga formal termasuk madrasah.

Menurut Kaban, leadership memiliki faktor dominan dalam keberhasilan sebuah lembaga. Leadership menyumbang kesuksesan mencapai 40 persen. Angka ini paling tinggi dibanding faktor lainnya. “Karena itu, posisi kepala sangat sentral,” ungkap Kaban.

Selain jujur, pemimpin juga harus memiliki sikap kepercayaan diri, self-confidence. "Salah satu kelebihan negara-negara maju adalah kuatnya kepercayaan diri mereka. Ketika bergaul dengan pihak yang lebih maju, sering kali kita minder tidak percaya diri. Ini bukanlah sikap pemimpin yang siap maju. Ketidakpercayaan diri dengan sendirinya akan menghambat kemajuan," tegas Kaban.

Selain itu, pemimpin juga harus memiliki pikiran terbuka atau open minded, jangan berpikiran tertutup atau close minded. Seorang pemimpin harus membuka diri terhadap kelebihan orang lain, siap menerima saran dan kritik yang disampaikan orang lain, serta terbuka terhadap inovasi dan kreasi baru.

Nilai lain yang tidak kalah pentingnya bagi seorang pemimpin adalah kemauan untuk belajar, willing to learn from the people. Seorang pemimpin harus terus belajar agar semakin banyak memiliki referensi yang menjadi rujukan untuk memajukan lembaganya. Seorang pemimpin jangan bersikap seolah-olah sudah mengetahui segala hal, atau bersikap sebagai orang yang sudah serba tahu, atau know it all. 

Kaban menyitir meme pribadinya tentang pembelajaran dalam Islam, "Akar utama pembelajaran dunia Islam adalah abainya umat terhadap perintah iqra". Juga, "Pusat intelektualisme sudah lama pindah dari dunia Islam karena budaya ini tidak dinomorsatukan lagi oleh umat, meski merupakan perintah pertama Sang Maha Pencipta".

Selain itu Kaban mengungkapkan, "Guru yang berhasil adalah tokoh anutan yang bisa melahirkan anak didik pencinta baca, membudayakan iqra, belajar mandiri, dan semangat meneliti, spirit of enquiry." (Kendi Setiawan)