Balitbang Kemenag

Pesantren Miliki Potensi Pengembangan Ekonomi

Rabu, 15 Agustus 2018 | 12:00 WIB

Pesantren Miliki Potensi Pengembangan Ekonomi

Annuqayah, salah satu pesantren yang melakukan pengembangan ekonomi

Dalam buku Top 10 Ekosantri, Pionir Kemandirian Pesantren yang diterbitkan tahun 2017 oleh Puslitbang Pendidikan dan Keagamaan Balitbang Diklat Kementerian Agama disebutkan bahwa pesantren memiliki potensi besar dalam mengembangkan ekonomi baik di sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Sifat dasar pesantren berupa kemandirian menjadi modal dasar bagi pesantren untuk berkembang menjadi tak sekadar lembaga pendidikan, namun juga lembaga ekonomi.

Berdasarkan data Kementerian Agama (Kemenag) pada 2013, jumlah pesantren di Indonesia sebanyak 27.290. Sebanyak 80,6 persen di antaranya tersebar di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Banten. Jumlah total santri di seluruh pesantren di Indonesia sebanyak 3.876.696 santri, sedangkan jumlah tenaga pendidik 160.793 jiwa. 

Dipaparkan juga dalam ceramah di Forum Silaturahim Ulama dan Umara Sumenep beberapa tahun lalu, Nur Syammenyampaikan tiga pokok materi dengan tema Pengembangan Ekonomi Rakyat Berbasis Pesantren. Pertama, dia menyoroti perekonomian global. Basis ekonomi global yang sedang terjadi sekarang adalah ekonomi liberal. Mazhab ekonomi ini beranak pinak dengan materialisme, kapitalisme, konsumerisme dan sebagainya. 

Berbasis pada prinsip pasar bersaing bebas, ekonomi liberal menjadikan pasar sebagai penguasa ekonomi. Pasarlah yang menentukan terhadap semua transaksi yang di dalam semua aspek kehidupan ekonomi. Melalui prinsip ini, jurang kaum kaya dengan orang miskin menjadi semakin menganga.

Ekonomi kelas rendah tidak akan pernah mampu bersaing dengan yang besar dalam banyak hal. Belum lagi materialisme yang kemudian menjadikan dunia hanya digunakan untuk mengejar keuntungan materi dan menihilkan spiritualitas yang menjadi dasar bagi kehidupan yang bahagia. 

Tidak heran jika akhir-akhir ini semakin banyak ekonom yang berpikir bahwa tujuan dari seluruh kegiatan ekonomi bukanlah untuk mencari sebesar-besar kesejahteraan berbasis materi akan tetapi untuk memperoleh kebahagiaan. Kebahagiaan ternyata tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kekayaan materi, akan tetapi yang lain, yaitu spiritualitas.

Ada banyak orang kaya yang tidak bahagia, karena untuk makan saja harus dibatasi akibat sakit yang diderita.
Apalah artinya kekayaan jika untuk makan saja harus berpantang banyak hal. Islam mengajarkan bahwa kebahagiaan itu bukan hanya di dunia sekarang ini akan tetapi juga di akhirat kelak, saidun fiddaraini, saidun fid dunya wa saidun fil akhirat. 

Dunia pun dinilai sedang di dalam keadaan 'sekarat' dengan sistem ekonomi liberal. Terbukti bahwa dunia barat sedang berada di dalam krisis ekonomi sehingga bisa membawa kepada krisis global. Apalagi jika tidak bisa mengelola perkembangan ekonomi yang sedang berada di dalam nuansa krisis ini. Maka kemudian muncul pemikiran untuk mempertahankan sistem kapitalisme sebagai sistem ekonomi yang masih hebat, How Capitalism Save Us.
 
Pada pokok materi yang kedua, dia menyampaikan mengenai tantangan pengembangan ekonomi Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa problem Indonesia terkait dengan ekonomi tentu tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan ekonomi global. Artinya, bahwa ada saling ketergantungan.Indonesia dewasa ini juga berkembang lebih jelas ke sistem ekonomi liberal atau mungkin neoliberal.

Gerakan privatisasi yang tidak bisa dihentikan adalah salah satu buktinya.Jika di Kuba terjadi nasionalisasi perusahaan asing, maka di Indonesia justru gencar mengembangkan privatisasi.Kemudian impor barang secara bebas. Coba bayangkan bagaimana negara dengan pantai terbesar di dunia dengan hasil garam yang melimpah harus mengimpor garam dari negara lain. 

Pada pokok materi terakhir, Nur Syam menyampaikan perkembangan ekonomi pesantren yang memang bukan barang baru. Semenjak tahun 1980-an, melalui Pusat Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), dunia pesantren memperoleh tambahan fungsi baru. Pesantren yang dikenal memiliki fungsi sebagai sumber pengetahuan keislaman dan sumber spiritualitas Islam diperkenalkan dengan dunia pemberdayaan. 

Peran ini telah dimainkan semenjak pesantren menjadi institusi sosial yang berpengaruh di negeri ini. Dengan sentuhan baru, banyak pesantren yang dijadikan sebagai uji coba untuk program pemberdayaan masyarakat. Kita kenal misalnya Pesantren Darul Falah, Pesantren Pabelan, Pesantren Kajen, Pesantren Langitan, Pesantren An-Nuqayah dan sebagainya yang dijadikan sebagai pusat pemberdayaan masyarakat. (Kendi Setiawan)