Daerah

Aceh Terapkan Sistem Keuangan Syariah, Ketua PWNU Ungkap Sejumlah Tantangan yang Dihadapi

Ahad, 9 Maret 2025 | 21:00 WIB

Aceh Terapkan Sistem Keuangan Syariah, Ketua PWNU Ungkap Sejumlah Tantangan yang Dihadapi

Ketua PWNU Aceh Tgk H Faisal Ali atau Abu Sibreh. (Foto: dok. istimewa)

Banda Aceh, NU Online

Aceh terus melangkah maju sebagai satu-satunya provinsi di Indonesia yang menerapkan syariat Islam secara menyeluruh, termasuk dalam sektor ekonomi.


Pemberlakuan Qanun Nomor 11 Tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah (LKS) menjadi tonggak penting yang mengubah lanskap keuangan daerah ini. Sistem keuangan konvensional dihapus, digantikan sepenuhnya oleh sistem berbasis syariah.


Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Aceh Tgk H Faisal Ali (Abu Sibreh) merasa optimis Aceh bisa menjadi model sukses ekonomi syariah yang menginspirasi dunia.


Namun, lanjutnya, transformasi besar ini tidak berjalan tanpa tantangan. Meski data menunjukkan tren positif, kritik tetap masih muncul, terutama terkait akses keuangan bagi masyarakat kecil.


“Kalau kita bersatu memperkuat ekonomi rakyat dan terus berinovasi, insyaallah Aceh bisa jadi contoh sukses yang membanggakan umat Islam,” ujar Abu Sibreh kepada NU Online, pada Sabtu (8/3/2025).


Kebijakan final, fokus pada penyempurnaan

Bagi Abu Sibreh, penerapan ekonomi syariah di Aceh sudah tidak bisa ditawar. Isu kembali ke sistem konvensional yang sempat beredar ditanggapinya sebagai langkah mundur dari cita-cita besar mewujudkan kesejahteraan Islami.


"Ini bukan lagi soal menerima atau menolak syariah, tapi bagaimana kita sempurnakan sistem yang sudah ada. Kalau ada kekurangan, kita perbaiki bersama,” tegas Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh itu.


Abu Sibreh menekankan bahwa ekonomi syariah bukan sekadar kebijakan, melainkan wujud pengabdian kepada Allah. Menurutnya, meninggalkan riba dan bertransaksi secara halal adalah bentuk ketakwaan yang harus dijaga.


Karena itu, Abu Sibreh menegaskan bahwa ulama Aceh terus aktif mengedukasi masyarakat melalui pengajian dan kajian fiqih muamalah agar mereka memahami esensi ekonomi syariah, bukan sekadar ikut aturan.


 “Kalau masyarakat sadar ini bagian dari ibadah, mereka akan lebih sabar menghadapi tantangan. Yang penting, kita terus mendampingi mereka,” tambahnya.


Meski masih ada sejumlah tantangan yang dihadapi, tetapi Abu Sibreh memastikan bahwa implementasi ekonomi syariah mulai menunjukkan hasil positif.


Data BPS Aceh 2024 mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi Aceh mulai melampaui rata-rata nasional, didorong oleh sektor UMKM halal, perbankan syariah, dan pariwisata Islami.


Abu Sibreh berharap ada digitalisasi layanan keuangan syariah yang lebih merata, sehingga masyarakat di daerah terpencil pun bisa menikmati manfaat ekonomi syariah tanpa harus menempuh perjalanan jauh ke kota.


Ia menilai UMKM dan industri halal adalah kunci mempercepat pemerataan ekonomi syariah di Aceh. Menurutnya, sengan kekayaan alam dan budaya yang khas, Aceh punya potensi besar mengembangkan berbagai produk halal berdaya saing global, mulai dari kuliner tradisional, kerajinan tangan, hingga produk herbal.


Dengan dukungan pembiayaan syariah yang lebih mudah dan pembinaan berkelanjutan, sektor ini diyakini bisa menyerap lebih banyak tenaga kerja dan mempercepat distribusi kesejahteraan.


 “Kalau kita serius membina UMKM, bantu mereka memasarkan produk ke luar daerah, bahkan ke luar negeri, insyaallah kemakmuran Aceh akan lebih cepat terwujud,” jelasnya.


Menurut Abu Sibreh, keberhasilan ekonomi syariah di Aceh sangat bergantung pada sinergi ulama, pemerintah, dan pelaku usaha. Ulama berperan mengawal nilai-nilai syariah, pemerintah memfasilitasi kebijakan yang pro-rakyat, sementara pelaku usaha menjadi motor penggerak roda ekonomi.


 “Kalau semua elemen bersatu, insyaallah Aceh bisa jadi pusat ekonomi Islam yang bersinar. Bukan cuma untuk Indonesia, tapi untuk dunia,” ujarnya penuh optimisme.


Pimpinan Dayah Mahyal Ulum Al-Aziziyah Sibreh ini mengajak masyarakat untuk bersabar dan tetap optimis menghadapi tantangan yang ada.


Sebab membangun ekonomi yang adil, berkah, dan berkelanjutan adalah perjuangan jangka panjang yang membutuhkan keteguhan iman.


“Kita harus ingat, ini bukan sekadar urusan dunia. Ekonomi syariah adalah jalan kita mendekatkan diri kepada Allah. Kalau kita teguh, insyaallah keberkahan akan turun untuk Aceh dan seluruh rakyatnya,” pungkas Abu Sibreh.


Dengan komitmen kuat, bimbingan ulama, dan inovasi berkelanjutan, Aceh kini berada di jalur yang tepat untuk menjadi mercusuar ekonomi Islam.


"Sebuah daerah yang tidak hanya makmur secara material, tetapi juga diberkahi secara spiritual, menjadi wujud nyata dari cita-cita besar: baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur," pungkas Aceh.