Kebumen, NU Online
Rumah Inklusif Kebumen, Jawa Tengah yang mewadahi potensi komunitas disabel bersama keluarganya di wilayah Kebumen melakukan diverifikasi usaha dengan memproduksi masker untuk melindungi diri dari ancaman covid - 19.
Koordinator Rumaah Inklusif Nyai Muinatul Khairiyah mengatakan, gagasan untuk memproduksi masker ini bermula dari keprihatinan pegiat Rumah Inklusif atas terjadinya kelangkaan masker di tengah suasana darurat Corona sejak beberapa hari lalu.
"Para penyandang disabel maupun keluarganya memandang kelangkaan masker itu sebagai sebuah tantangan yang kalau disiasati akan menjadi peluang usaha baru," katanya, Senin (30/1).
Mantan ketua IPPNU Kabupaten Kebumen itu menjelaskan, di sela memberikan bimbingan kegiatan kepada keluarga penyandang disabel di Kebumen, pihaknya memberikan bimbingan dengan memanfaatkan SDM yang ada.
"Sedikitnya ada 10 orang pegiat rumah inklusif yang memiliki kemampuan menjahit. Selama ini mereka terlibat aktif dalam mempopulerkan produk batik pegon melalui aktivitasnya memproduksi berbagai macam busana dengan bahan bakunya batik pegon yang juga diproduksi pegiat rumah inklusif," tuturnya.
Namun belakangan lanjutnya, order busana batik pegon agak melambat, sementara dalam waktu bersamaan seiring dengan diperpanjangnya masa darurat corona kebutuhan masker penutup mulut dan hidung untuk mencegah covid-19 semakin tinggi, sedangkan persediaan semakin menipis.
"Bahkan di beberapa daerah masker menghilang di pasaran, terutama di apotik-apotik. Kalaupun tersedia jumlahnya sangat terbatas dan harganya melangit," ujarnya.
Disampaikan, melihat aktivitas memproduksi busana batik pegon untuk sementara dikurangi volume produksinya dan aktivitas pengrajin/penjahit dialihkan untuk memproduksi masker yang saat-saat ini lebih marketabel, karena sangat dibutuhkan masyarakat.
Bagi masyarakat yang menginginkan masker ujarnya, bisa langsung bertransaksi di Rumah Inklusif, Jl Tentara Pelajar Gang Fajar RT 01 RW 01 Desa Kembaran Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen, Jateng.
"Ada dua jenis masker yang ditawarkan, meliputi masker berbahan kain kaos dengan harga Rp20 ribu/paket berisi 5 buah masker dan paket berbahan katun dengan harga Rp25 ribu/paket berisi 3 buah masker," jelasnya.
Dijelaskan, masker yang sudah selesai dijahit di masing-masing kediaman penjahit, langsung dikumpulkan di Rumah Inklusif untuk dicuci, disetrika dan dikemas.
"Kami bersyukur, para pegiat Rumah Inklusif semakin mampu berinovasi dan semakin percaya diri dalam menjalani hidup ini," tuturnya.
Ratusan masker produksinya yang sudah dibeli dan dimanfaatkan masyarakat semakin memacu semangatnya, tidak sekedar karena bisa mendapat tambahan penghasilan, yang semakin menambah kegembiraannya adalah mereka dapat berkontribusi merawat kesehatan masyarakat di saat darurat Corona.
"Kepada mereka kami pompa motivasinya, di tengah keterbatasan diri kalau ada motivasi kuat untuk berkontribusi kepada masyarakat, pasti ada jalan untuk mewujudkannya. Masker ini menjadi contoh, niat awal ikut menjaga kesehatan masyarakat, saat mewujudkan niat itu muncul peluang usaha, ini mesti disyukuri," pungkasnya.
Kontributor: Samsul Huda
Editor: Abdul Muiz