Daerah

BEM STAI Bahrul Ulum Jombang Bedah Novel “Spesies Santri”

Senin, 9 Juni 2008 | 16:53 WIB

Jombang, NU Online
Badan eksekutif mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Agama Islam Bahrul Ulum (STAIBU) Jombang, Jawa Timur, menggelar bedah novel berjudul “Spesies Santri“, di Jombang, Senin (9/6). Penulisnya, Habib Musthafa, yang juga Dosen Muda pada Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, hadir pada kesempatan itu.

Acara yang dibuka Pembantu Ketua II STAIBU, Anshary Sihah, itu berjalan gayeng dan menegangkan. Karena presentasi penulisnya cukup kocak dan terbuka terhadap sisi kehidupan para santri. Menegangkan karena penulis berani membongkar sisi-sisi pribadi pesantren, termasuk fenomena pacaran santri.<>

Habib Musthafa menjelaskan, novel itu dimaksudkan sebagai refleksi terhadap dunia santri dan pesantren. Walaupun menurut pengakuannya sendiri dia bukan santri. “Saya bukan dari kalangan santri yang pernah mengenyam pendidikan pesantren, tapi lingkungan saya dekat dengan pesantren,” ujarnya, seperti dilaporkan Kontributor NU Online, Suharto.

Yusuf Suharto, Pengurus Lajnah Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama Jombang yang didaulat sebagai pembanding mengaku salut dan memberikan apresiasi. Namun, dia masih melihat ada titik dominan pikiran bawah sadar penulis yang ikut terbawa pada novel itu, sehingga ada kerancuan peran tokoh utamanya, dalam hal ini adalah Qusyairy.

“Satu sisi, Qusyairi digambarkan sebagai santri yang patuh, tapi di sisi lain ada pemberontakan-pemberontakan terhadap realitas kesantrian,” tandas Yusuf. Namun, bagaimana pun, imbuhnya, novel itu menarik karena dapat merekam dan membuat kejutan-kejutan yang tidak terduga dalam permainan konfliknya.

"Pesantren masih terus membutuhkan karya sejenis ini yang mengeksplorasi secara mendalam kekayaan khazanah pesantren untuk dihadirkan dalam dunia nyata yang modern,", tambah Yusuf.

Habib menyatakan, sisi santri yang dilihatnya bukanlah bermaksud hendak menganggap kesemuanya fenomena santri yang memang beragam. ”Hanya ingin mendekatkan pada kenyataan. Kumpulan fakta- fakta etnogeografi yang memang belum tuntas,” pungkasnya. (rif)