Melihat Praktik Baik di Kampung Adat Bayan NTB, Hasil Program Inklusi Lakpesdam PBNU
Selasa, 28 Januari 2025 | 20:30 WIB
Momen saat dilakukan ritual adat sembek oleh tokoh adat Bayan kepada perwakilan dari University of Queensland sebagai pembuka dari Studi Singkat bertema Memperkuat Implementasi Pengarustamaan Gender, Kebijakan dan Praktik Baik Program Inklusi Lakpesdam PBNU melalui Pendekatan Adat, pada Rabu (22/1/2025). (Foto: dok. Lakpesdam)
Lombok Utara, NU Online
Kampung Adat Timuk Orong di Desa Bayan, Kecamatan Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi tuan rumah kunjungan Australia Awards Indonesia (AAI) dan University of Queensland, Australia.
Kunjungan ini merupakan bagian dari rangkaian post-course workshop studi singkat bertema Memperkuat Implementasi Pengarustamaan Gender – Kebijakan dan Praktik Baik Program Inklusi Lakpesdam PBNU melalui Pendekatan Adat.
Acara yang berlangsung pada Rabu (22/1/2025), pukul 11.30 WITA itu dihadiri oleh 34 peserta, termasuk perwakilan kementerian, organisasi masyarakat sipil, akademisi, dan mitra pembangunan. Mereka hadir untuk memperkuat kapasitas pemerintah dalam mengintegrasikan perspektif gender dalam kebijakan dan program, serta belajar dari praktik baik yang diterapkan melalui adat di Kabupaten Lombok Utara.
Dalam kunjungan ini, para peserta disambut oleh Pemangku Adat Bayan, Raden Kertamono, yang memimpin ritual adat sembek sebagai pembuka acara.
Sementara diskusi diperkaya dengan paparan dari Sekretaris Desa Bayan, Muhammad Hasan Basri, yang menjelaskan pentingnya keterlibatan kelompok rentan dalam perencanaan desa.
"Alhamdulillah, Desa Bayan kini menjadi desa mandiri yang berkomitmen melibatkan semua kelompok, termasuk lansia, anak, dan penyandang disabilitas dalam proses perencanaan hingga evaluasi," ucap Hasan Basri.
Menurutnya, Lakpesdam PBNU sudah banyak memberikan kontribusi ke Pemerintah Desa Bayan. Salah satunya karena Hasan Basri mengaku sering diundang oleh pemerintah provinsi, pemerintah daerah, dan bahkan diundang oleh pemerintah pusat terkait dengan program Desa Inklusi.
Sementara itu, tokoh adat Bayan, Kariadi menambahkan bahwa kolaborasi antara pemerintah adat dan desa menjadi kunci keberhasilan penerapan kebijakan inklusif, termasuk pencegahan perkawinan anak.
Sebagai perwakilan AAI, Firman Setyawan menegaskan bahwa pendekatan adat yang diterapkan di Lombok Utara memberikan inspirasi besar.
“Kami berharap kunjungan ini menjadi momen pertukaran informasi, pengetahuan, dan pengalaman. Pendekatan adat yang diterapkan di sini menunjukkan bagaimana kebijakan inklusif dapat didukung komunitas adat,” katanya.
Selain itu, menurut Firman, pada kesempatan ini pihak AAI tidak hanya ingin belajar tapi juga berharap akan ada saling bertukar informasi dan pengetahuan serta pengalaman dengan peserta.
"Mereka juga tentunya ingin belajar banyak bagaimana praktik baik dari program Inklusi itu sendiri melalui pendekatan adat di Kabupaten Lombok Utara yang sudah diterapkan, berharap dari diskusi ini saling mengisi dan memberikan kebaikan untuk ke depan, " imbuhnya.
Menanggapi harapan dari perwakilan AAI, Koordinator Program Inklusi Lakpesdam PWNU NTB, Jayadi menceritakan pengalaman pendampingan yang dilakukan tim program, termasuk menjelaskan peran sentral masyarakat adat Bayan dalam mendukung perlindungan perempuan dan anak.
"Masyarakat adat di sini tidak hanya mendukung, tetapi juga menjadi motor penggerak kebijakan larangan perkawinan anak. Komitmen ini kami lihat sebagai modal kuat untuk memperluas diskursus hingga ke tingkat akar rumput,” ungkapnya.
Ia juga memuji keterbukaan masyarakat adat Bayan dalam mendukung program inklusi.
"Di tempat inilah, September lalu, kami menggelar gundem (musyawarah adat) yang menghasilkan kesepakatan penting terkait perlindungan anak. Bahkan beberapa desa di lingkar Bayan telah menerbitkan surat edaran larangan perkawinan anak," tambah Jayadi.
Pria yang akrab disapa Bang Jay ini juga berbagi pengalaman di Desa Pemenang Barat yang menggunakan seni budaya lokal bernama rudat untuk menyisipkan pesan pencegahan perkawinan anak.
"Kami ingin pesan ini sampai ke hati masyarakat melalui cara yang mereka pahami dan hargai," ujarnya.
Kunjungan ini menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat adat, dan organisasi masyarakat sipil. Model pendekatan adat yang diterapkan di Bayan diharapkan dapat direplikasi di daerah lain.
"Desa Bayan telah menjadi contoh bagaimana tradisi lokal bisa menjadi landasan kuat untuk kebijakan inklusif. Kami optimistis upaya ini akan terus memberikan dampak positif di masa depan," tutupnya.
Terpopuler
1
Sejumlah Profesi Keagamaan yang Bakal Disertifikasi Kemenag
2
Gus Baha Jelaskan Alasan Mirajnya Seorang Mukmin Melalui Shalat
3
Nabi Musa Menangis saat Tahu Umat Rasulullah Lebih Mulia Ketimbang Umatnya
4
Pesantren Lirboyo, Satu Abad Gunakan Sistem Kelas
5
Data Hilal Penentuan Awal Bulan Syaban 1446 H
6
Gus Baha Ungkap Keterbatasan yang Jadi Kelebihan Manusia
Terkini
Lihat Semua